Tampilkan postingan dengan label sains. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sains. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 November 2013




Kita sebagai mahluk beragama dengan mudah bisa meyakini eksistensi Sang Pencipta bila melihat keselarasan, kemegahan, kesempurnaan proses biologis dan mekanisme setiap benda di alam ini.

Namun nyatanya tidak semudah itu. Tafsir kitab suci yang beragam, penyimpangan penganut agama memahami ajaran cinta yang dibawa para nabi, munculnya teori evolusi, serta penemuan arkeolog dan proses yang terjadi di alam semesta mengakibatkan manusia mempertanyakan kembali sosok Tuhan.




Terlepas dari utopia surga dan neraka, apakah pengetahuan bisa membuktikan bahwa pencipta ada? Jawabannya adalah ya. Banyak ilmuwan masih meyakini ada Dzat di balik penciptaan semesta ini.

Baru-baru ini dua ilmuwan, Christoph Benzmoller dari Berlin Free University dan rekannya Bruno Woltzenlogel Paleo dari Technical University, Wina dikabarkan oleh media berhasil membuktikan dalil keberadaan Tuhan yang sebelumnya telah dipopulerkan matematikawan Austria, Kurt Godel, dengan menggunakan komputer Macbook.

Menurut duo ilmuwan ini, setelah menganalisis dalil Godel dalam tingkat matematika, dalil Godel bisa dibuktikan, setidaknya dalam tingkat pemahaman matematika. Keduanya membuktikan beberapa dalil dan aksioma dibuktikan dengan beberapa program pembuktian seperti THF TPTP, Nitpick, LEO-II dan Satallax, program pembantu pembuktian seperti Coq, Isabelle.

Seperti apakah dalil yang dicetuskan Godel?

Kurt Godel, matematikawan asal Checko kelahiran 28 April 1906 ini pernah mengeluarkan teori bahwa Tuhan bisa dibuktikan dengan dalil (decoded). Lima aksioma yang dituliskannya sebagai berikut:

1. "Properti" apapun, atau penyangkalan terhadap properti itu, adalah "positif"; tetapi tidak mungkin bahwa properti dan penyangkalan tersebut positif.

2. Jika satu properti positif  menyiratkan bahwa selalu ada beberapa properti, maka properti tersirat positif.

3. Properti tentang Tuhan (sesuatu yang seperti Tuhan; God-like) adalah positif.

4. Sifat-sifat properti yang positif hasilnya selalu positif.

5. Properti yang eksis selalu positif.

Catatan: Properti dalam KBBI: tanah milik dan bangunan, kepemilikan.
Maka properti bisa diartikan sesuatu benda yang ada dan kepunyaan pemiliknya.

Godel membuktikan teorema menengah dan salah satu akibat wajar dalam buktinya. Aksioma pertama, ia membawa kita pada kesimpulan "Properti positif mungkin eksis". Setelah menambahkan aksioma ketiga, Tuhan, atau "menjadi seperti Tuhan" memiliki kemungkinan yang eksis. Dengan bantuan aksioma keempat, Godel menyatakan bahwa "menjadi seperti Tuhan" satu inti dengan mahluk ciptaan "seperti Tuhan".

Setelah menambahkan aksioma akhir, Godel menyimpulkan: adalah sangat diperlukan bahwa Tuhan itu ada.

Untuk memahami kalimat Godel tentang "menjadi seperti Tuhan / God-like" Anda harus membuka wawasan, menyingkirkan sejenak emosi agamis yang langsung terpaku pada Tuhan itu Allah, atau Elohim, Yahweh, dan sederet nama lain misalnya.  Di kalangan ilmuwan, "menjadi seperti Tuhan"  berarti ada Dzat yang mencipta, dan manusia menyebutnya Tuhan.

Mungkin terjemahannya agak susah ke Bahasa Indonesia. Bagaimanapun, kesimpulan dari dalil Godel adalah Dzat yang mencipta alam semesta ini, kita sebut Tuhan, adalah eksis, ada.


Filsuf Euclid
Dalil Godel sesungguhnya telah dicetukan berabad-abad lalu oleh filsuf Yunani kuno dan matematikawan Euclid.



Euclid menawarkan kasus "paralel" yang menarik. Aksiomanya menyatakan bahwa ada hanya satu garis lurus, 'S', melalui titik tertentu 'G' yang tidak berada pada garis lurus 'L'. Sehingga garis 'S'  tidak pernah bersinggungan pada garis 'L'.

Euclid mendefinisikan "geometri" ini pada permukaan datar. Kelemahan aksioma Euclid adalah, bila diterapkan pada bidang bulat seperti bola akan memberi hasil berbeda. Karena itu Godel bisa dibilang memiliki dalil yang lebih sempurna, dan duo ilmuwan seperti disebut pada awal artikel bisa membuktikannya dengan bantuan komputer.

Membuktikan Keberadaan Tuhan Secara Ilmiah

Anton chang   at  03.07  No comments




Kita sebagai mahluk beragama dengan mudah bisa meyakini eksistensi Sang Pencipta bila melihat keselarasan, kemegahan, kesempurnaan proses biologis dan mekanisme setiap benda di alam ini.

Namun nyatanya tidak semudah itu. Tafsir kitab suci yang beragam, penyimpangan penganut agama memahami ajaran cinta yang dibawa para nabi, munculnya teori evolusi, serta penemuan arkeolog dan proses yang terjadi di alam semesta mengakibatkan manusia mempertanyakan kembali sosok Tuhan.




Terlepas dari utopia surga dan neraka, apakah pengetahuan bisa membuktikan bahwa pencipta ada? Jawabannya adalah ya. Banyak ilmuwan masih meyakini ada Dzat di balik penciptaan semesta ini.

Baru-baru ini dua ilmuwan, Christoph Benzmoller dari Berlin Free University dan rekannya Bruno Woltzenlogel Paleo dari Technical University, Wina dikabarkan oleh media berhasil membuktikan dalil keberadaan Tuhan yang sebelumnya telah dipopulerkan matematikawan Austria, Kurt Godel, dengan menggunakan komputer Macbook.

Menurut duo ilmuwan ini, setelah menganalisis dalil Godel dalam tingkat matematika, dalil Godel bisa dibuktikan, setidaknya dalam tingkat pemahaman matematika. Keduanya membuktikan beberapa dalil dan aksioma dibuktikan dengan beberapa program pembuktian seperti THF TPTP, Nitpick, LEO-II dan Satallax, program pembantu pembuktian seperti Coq, Isabelle.

Seperti apakah dalil yang dicetuskan Godel?

Kurt Godel, matematikawan asal Checko kelahiran 28 April 1906 ini pernah mengeluarkan teori bahwa Tuhan bisa dibuktikan dengan dalil (decoded). Lima aksioma yang dituliskannya sebagai berikut:

1. "Properti" apapun, atau penyangkalan terhadap properti itu, adalah "positif"; tetapi tidak mungkin bahwa properti dan penyangkalan tersebut positif.

2. Jika satu properti positif  menyiratkan bahwa selalu ada beberapa properti, maka properti tersirat positif.

3. Properti tentang Tuhan (sesuatu yang seperti Tuhan; God-like) adalah positif.

4. Sifat-sifat properti yang positif hasilnya selalu positif.

5. Properti yang eksis selalu positif.

Catatan: Properti dalam KBBI: tanah milik dan bangunan, kepemilikan.
Maka properti bisa diartikan sesuatu benda yang ada dan kepunyaan pemiliknya.

Godel membuktikan teorema menengah dan salah satu akibat wajar dalam buktinya. Aksioma pertama, ia membawa kita pada kesimpulan "Properti positif mungkin eksis". Setelah menambahkan aksioma ketiga, Tuhan, atau "menjadi seperti Tuhan" memiliki kemungkinan yang eksis. Dengan bantuan aksioma keempat, Godel menyatakan bahwa "menjadi seperti Tuhan" satu inti dengan mahluk ciptaan "seperti Tuhan".

Setelah menambahkan aksioma akhir, Godel menyimpulkan: adalah sangat diperlukan bahwa Tuhan itu ada.

Untuk memahami kalimat Godel tentang "menjadi seperti Tuhan / God-like" Anda harus membuka wawasan, menyingkirkan sejenak emosi agamis yang langsung terpaku pada Tuhan itu Allah, atau Elohim, Yahweh, dan sederet nama lain misalnya.  Di kalangan ilmuwan, "menjadi seperti Tuhan"  berarti ada Dzat yang mencipta, dan manusia menyebutnya Tuhan.

Mungkin terjemahannya agak susah ke Bahasa Indonesia. Bagaimanapun, kesimpulan dari dalil Godel adalah Dzat yang mencipta alam semesta ini, kita sebut Tuhan, adalah eksis, ada.


Filsuf Euclid
Dalil Godel sesungguhnya telah dicetukan berabad-abad lalu oleh filsuf Yunani kuno dan matematikawan Euclid.



Euclid menawarkan kasus "paralel" yang menarik. Aksiomanya menyatakan bahwa ada hanya satu garis lurus, 'S', melalui titik tertentu 'G' yang tidak berada pada garis lurus 'L'. Sehingga garis 'S'  tidak pernah bersinggungan pada garis 'L'.

Euclid mendefinisikan "geometri" ini pada permukaan datar. Kelemahan aksioma Euclid adalah, bila diterapkan pada bidang bulat seperti bola akan memberi hasil berbeda. Karena itu Godel bisa dibilang memiliki dalil yang lebih sempurna, dan duo ilmuwan seperti disebut pada awal artikel bisa membuktikannya dengan bantuan komputer.

Continue Reading→

Kamis, 31 Oktober 2013

Ilmuwan berhasil mengkreasikan darah buatan dari bahan garam mineral, air, dan protein hemerythrin yang diekstrak dari cacing laut.

Radu Silaghi-Dumitrescu dari Babes-Bolyai University di Cluj-Napoca berharap bahwa darah buatan itu bisa mencukupi permintaan darah dan mencegah penularan penyakit lewat transfusi.


Silaghi-Dumitrescu yang menciptakan darah buatan itu bahkan berangan-angan bahwa di masa depan mungkin akan ada produk darah instan. Darah instan itu layaknya kopi instan atau minuman kemasan sachet, bisa digunakan setelah dicampur dengan air.

Upaya Silaghi-Dumitrescu adalah suatu keberhasilan. Selama ini, usaha mengkreasi darah buatan selalu gagal karena senyawa yang dipakai tak tahan tekanan fisik dan kimia.

Silaghi-Dumitrescu memakai hemerythrin dari cacing laut karena dipandang lebih tahan tekanan daripada hemoglobin. Hemoglobin adalah protein darah yang berfungsi mengikat oksigen, membantu transfer oksigen ke setiap sel tubuh.


Darah buatan Silaghi-Dumitrescu telah diujicobakan pada mencit, dan hewan percobaan tak mengalami efek samping. "Mencit yang diuji coba dengan darah buatan 'Made in Cuj' tidak mengalami efek samping, dan ini yang kita inginkan," katanya seperti dikutip Softpedia.

Darah buatan ini diharapkan bisa menggantikan fungsi darah asli pada manusia selama beberapa jam atau mungkin sehari penuh.

Dalam jangka waktu tersebut, tubuh seseorang yang kehilangan banyak darah bisa menghasilkan darah yang cukup untuk menggantikannya lagi. Dalam satu hingga dua tahun ke depan, darah buatan ini akan diujicobakan pada manusia.

Ilmuwan Berhasil Menciptakan Darah Buatan dari Ekstrak Cacing Laut

Anton chang   at  23.18  No comments

Ilmuwan berhasil mengkreasikan darah buatan dari bahan garam mineral, air, dan protein hemerythrin yang diekstrak dari cacing laut.

Radu Silaghi-Dumitrescu dari Babes-Bolyai University di Cluj-Napoca berharap bahwa darah buatan itu bisa mencukupi permintaan darah dan mencegah penularan penyakit lewat transfusi.


Silaghi-Dumitrescu yang menciptakan darah buatan itu bahkan berangan-angan bahwa di masa depan mungkin akan ada produk darah instan. Darah instan itu layaknya kopi instan atau minuman kemasan sachet, bisa digunakan setelah dicampur dengan air.

Upaya Silaghi-Dumitrescu adalah suatu keberhasilan. Selama ini, usaha mengkreasi darah buatan selalu gagal karena senyawa yang dipakai tak tahan tekanan fisik dan kimia.

Silaghi-Dumitrescu memakai hemerythrin dari cacing laut karena dipandang lebih tahan tekanan daripada hemoglobin. Hemoglobin adalah protein darah yang berfungsi mengikat oksigen, membantu transfer oksigen ke setiap sel tubuh.


Darah buatan Silaghi-Dumitrescu telah diujicobakan pada mencit, dan hewan percobaan tak mengalami efek samping. "Mencit yang diuji coba dengan darah buatan 'Made in Cuj' tidak mengalami efek samping, dan ini yang kita inginkan," katanya seperti dikutip Softpedia.

Darah buatan ini diharapkan bisa menggantikan fungsi darah asli pada manusia selama beberapa jam atau mungkin sehari penuh.

Dalam jangka waktu tersebut, tubuh seseorang yang kehilangan banyak darah bisa menghasilkan darah yang cukup untuk menggantikannya lagi. Dalam satu hingga dua tahun ke depan, darah buatan ini akan diujicobakan pada manusia.

Continue Reading→

Jumat, 25 Oktober 2013

Bayi perempuan di Mississippi mengejutkan dunia kedokteran. Koktail (campuran) tiga obat menyembuhkannya dari virus HIV. Kisah ini berawal ketika sang bayi terdeteksi HIV dan dokter pun memberikan tiga koktail obat antiretrovial atau ART, yakni zidovudine, lamivudine dan nevirapine 30 jam setelah kelahirannya.

Seminggu kemudian, dokter memberikan obat jenis nevirapine sampai ritonavir-lopinavir. Namun, entah pasrah atau kekurangan biaya  sang ibu dilaporkan memutuskan untuk berhenti melakukan terapi saat balita berusia 15 bulan, bahkan sampai usia bayi 18 bulan ia tidak pernah mengambil obat ART lagi.
 



Lima bulan berselang, gadis kecil itu dibawa ke klinik untuk memeriksakan perkembangan virus ganasnya. Hasil tesnya mengejutkan. Tidak ada tanda-tanda virus pada sampel darahnya. Hasil tes itu kemudian dikonfirmasi lagi pada sampel darah untuk usia 24, 26, dan 28 bulan.

Pada sampel darah usia 24 bulan, sempat ditemukan salinan tunggal virus RNA, tapi tes ultra sensitif dua bulan kemudian gagal mendeteksi salinan virus itu. Artinya virus itu menghilang.

"Tes menemukan tak ada tingkat HIV-1 RNA yang terdeteksi dalam darahnya," ujar peneliti dalam laporan New England Journal of Medicine.

Ada sedikit keraguan di kalangan ahli medis. Beberapa dokter heran dan bertanya-tanya, apakah sang balita benar-benar mengidap HIV pada pertama kalinya.

 
 
Namun, laporan New England Journal of Medicine meyakinkan dengan banyak bukti, bahwa balita itu benar-benar terinfeksi virus sejak dalam kandungan. Saat sampel darah diambil 30 jam setelah kelahiran, terbukti darah balita itu terkandung HIV-1 DNA.

Para dokter juga membantah dugaan para ahli bahwa balita itu memiliki mutasi langka yang membuatnya kebal dengan virus.

"Dia tak memiliki mutasi langka. Pertumbuhan dan perkembangannya telah normal," jelas para dokter.

Semoga saja semakin terlihat perkembangan positif penanganan kasus HIV, dan makin banyak penderita bisa tertolong nyawanya. Diperkirakan sekitar 300.000 ribu bayi lahir terinveksi HIV  pada 2011.










 







Koktail ART Sembuhkan Bayi dari AIDS

Anton chang   at  19.30  No comments

Bayi perempuan di Mississippi mengejutkan dunia kedokteran. Koktail (campuran) tiga obat menyembuhkannya dari virus HIV. Kisah ini berawal ketika sang bayi terdeteksi HIV dan dokter pun memberikan tiga koktail obat antiretrovial atau ART, yakni zidovudine, lamivudine dan nevirapine 30 jam setelah kelahirannya.

Seminggu kemudian, dokter memberikan obat jenis nevirapine sampai ritonavir-lopinavir. Namun, entah pasrah atau kekurangan biaya  sang ibu dilaporkan memutuskan untuk berhenti melakukan terapi saat balita berusia 15 bulan, bahkan sampai usia bayi 18 bulan ia tidak pernah mengambil obat ART lagi.
 



Lima bulan berselang, gadis kecil itu dibawa ke klinik untuk memeriksakan perkembangan virus ganasnya. Hasil tesnya mengejutkan. Tidak ada tanda-tanda virus pada sampel darahnya. Hasil tes itu kemudian dikonfirmasi lagi pada sampel darah untuk usia 24, 26, dan 28 bulan.

Pada sampel darah usia 24 bulan, sempat ditemukan salinan tunggal virus RNA, tapi tes ultra sensitif dua bulan kemudian gagal mendeteksi salinan virus itu. Artinya virus itu menghilang.

"Tes menemukan tak ada tingkat HIV-1 RNA yang terdeteksi dalam darahnya," ujar peneliti dalam laporan New England Journal of Medicine.

Ada sedikit keraguan di kalangan ahli medis. Beberapa dokter heran dan bertanya-tanya, apakah sang balita benar-benar mengidap HIV pada pertama kalinya.

 
 
Namun, laporan New England Journal of Medicine meyakinkan dengan banyak bukti, bahwa balita itu benar-benar terinfeksi virus sejak dalam kandungan. Saat sampel darah diambil 30 jam setelah kelahiran, terbukti darah balita itu terkandung HIV-1 DNA.

Para dokter juga membantah dugaan para ahli bahwa balita itu memiliki mutasi langka yang membuatnya kebal dengan virus.

"Dia tak memiliki mutasi langka. Pertumbuhan dan perkembangannya telah normal," jelas para dokter.

Semoga saja semakin terlihat perkembangan positif penanganan kasus HIV, dan makin banyak penderita bisa tertolong nyawanya. Diperkirakan sekitar 300.000 ribu bayi lahir terinveksi HIV  pada 2011.










 







Continue Reading→

Kamis, 24 Oktober 2013

Para ilmuwan memiliki gagasan tentang cara untuk menyadarkan seseorang yang sudah dinyatakan meninggal. Gagasan tersebut dibahas dalam pertemuan New York Academy of Science, menghadirkan Dr Sam Parnia dari State University of New York di Stony Brook, Stephan Meyer dari Columbia University, dan Lance Becker dari University of Pennsylvania.


Dalam pertemuan itu dibahas bahwa kunci penyadaran kembali atau resusitasi pada orang yang baru saja meninggal itu ialah proses hipotermia atau pendinginan tubuh dan pengurangan suplai oksigen.

Gagasan ilmuwan didasarkan pada pandangan baru tentang kematian. Sebelumnya, kematian didefinisikan sebagai saat di mana jantung sudah berhenti berdetak dan paru-paru berhenti bekerja sehingga individu tidak bernapas.

Dalam pandangan baru, kematian tidak dianggap sebagai peristiwa yang terjadi secara serentak di semua bagian tubuh, tetapi sebagai proses bertahap. Saat detak jantung dan napas individu terhenti, sel individu sebenarnya masih hidup.

Kematian total, kiranya bisa dikatakan demikian, baru terjadi ketika sel-sel otak kekurangan oksigen, akibat terhentinya jantung dan napas, sehingga rusak dan mengirim sinyal bagi sel-sel lain menjelang saat kematian.


Dalam gagasan ilmuwan, ada jeda antara henti jantung dan napas dengan kematian total. Jeda itu yang kemudian dimanfaatkan untuk melakukan tindakan sehingga orang yang sebelumnya dinyatakan telah mati bisa sadar kembali.

Proses tersebut harus dilakukan secara hati-hati. Salah satu perhatiannya, upaya menyadarkan orang yang telah meninggal harus tidak mengakibatkan kerusakan otak akibat jantung yang berhenti menyuplai oksigen.

Diberitakan Huffington Post, kunci penyadaran kembali tanpa merusak jaringan otak salah satunya adalah hipotermia, yakni tubuh didinginkan beberapa derajat lebih rendah daripada suhu normalnya 37 derajat celsius.

Berdasarkan studi, hipotermia bisa mencegah kerusakan sel otak dengan menurunkan permintaan oksigennya. Namun, ini tetap ada batasannya. Ada momen ketika kerusakan memang sudah terlalu besar sehingga tak bisa dikembalikan.

Kemudian, setelah prosedur hipotermia dan jantung bekerja, kunci lainnya adalah menjaga suplai oksigen. Suplai oksigen yang tiba-tiba besar justru akan berdampak negatif karena akan merusak jaringan otak.


Hipotermia terbukti membantu prosedur resusitasi. Namun, bahkan di Amerika Serikat, tak semua rumah sakit menerapkan prosedur hipotermia. Hal ini menjadi keterbatasan untuk mengupayakan resusitasi yang berhasil.

Tentang suplai oksigen, Parnia menuturkan, suplai harus diatur dengan mesin agar jumlah oksigen yang dialirkan sesuai yang dibutuhkan.

Penyadaran kembali orang yang telah meninggal ini menimbulkan pertanyaan etis. Pasalnya, upaya menyadarkan kembali orang yang telah berjam-jam mengalami henti jantung berisiko pada kerusakan otak. Siapa yang kemudian bertanggung jawab melakukan proses resusitasi lebih komprehensif?

Mayer mengungkapkan, keterbatasan saat ini adalah pengetahuan tentang kerusakan otak. Ilmuwan belum mengetahui seberapa lama kerusakan bertahan dan apakah bisa dikembalikan ke kondisi semula.

Mayer mengungkapkan, masih perlu pembelajaran lebih lanjut. Namun, ia mengatakan bahwa ilmuwan juga tak bisa begitu saja mengatakan bahwa kerusakan otak tak bisa dikembalikan.

Sementara, Becker menuturkan, upaya penyadaran tidak selalu bisa dilakukan di setiap kasus. Namun, sekali dokter memutuskan, dokter harus menerapkan semua metode yang mungkin bisa dilakukan.


Sumber :
kompas.com

Ilmuwan Temukan Cara Untuk Membangkitkan Orang Mati

Anton chang   at  19.17  No comments

Para ilmuwan memiliki gagasan tentang cara untuk menyadarkan seseorang yang sudah dinyatakan meninggal. Gagasan tersebut dibahas dalam pertemuan New York Academy of Science, menghadirkan Dr Sam Parnia dari State University of New York di Stony Brook, Stephan Meyer dari Columbia University, dan Lance Becker dari University of Pennsylvania.


Dalam pertemuan itu dibahas bahwa kunci penyadaran kembali atau resusitasi pada orang yang baru saja meninggal itu ialah proses hipotermia atau pendinginan tubuh dan pengurangan suplai oksigen.

Gagasan ilmuwan didasarkan pada pandangan baru tentang kematian. Sebelumnya, kematian didefinisikan sebagai saat di mana jantung sudah berhenti berdetak dan paru-paru berhenti bekerja sehingga individu tidak bernapas.

Dalam pandangan baru, kematian tidak dianggap sebagai peristiwa yang terjadi secara serentak di semua bagian tubuh, tetapi sebagai proses bertahap. Saat detak jantung dan napas individu terhenti, sel individu sebenarnya masih hidup.

Kematian total, kiranya bisa dikatakan demikian, baru terjadi ketika sel-sel otak kekurangan oksigen, akibat terhentinya jantung dan napas, sehingga rusak dan mengirim sinyal bagi sel-sel lain menjelang saat kematian.


Dalam gagasan ilmuwan, ada jeda antara henti jantung dan napas dengan kematian total. Jeda itu yang kemudian dimanfaatkan untuk melakukan tindakan sehingga orang yang sebelumnya dinyatakan telah mati bisa sadar kembali.

Proses tersebut harus dilakukan secara hati-hati. Salah satu perhatiannya, upaya menyadarkan orang yang telah meninggal harus tidak mengakibatkan kerusakan otak akibat jantung yang berhenti menyuplai oksigen.

Diberitakan Huffington Post, kunci penyadaran kembali tanpa merusak jaringan otak salah satunya adalah hipotermia, yakni tubuh didinginkan beberapa derajat lebih rendah daripada suhu normalnya 37 derajat celsius.

Berdasarkan studi, hipotermia bisa mencegah kerusakan sel otak dengan menurunkan permintaan oksigennya. Namun, ini tetap ada batasannya. Ada momen ketika kerusakan memang sudah terlalu besar sehingga tak bisa dikembalikan.

Kemudian, setelah prosedur hipotermia dan jantung bekerja, kunci lainnya adalah menjaga suplai oksigen. Suplai oksigen yang tiba-tiba besar justru akan berdampak negatif karena akan merusak jaringan otak.


Hipotermia terbukti membantu prosedur resusitasi. Namun, bahkan di Amerika Serikat, tak semua rumah sakit menerapkan prosedur hipotermia. Hal ini menjadi keterbatasan untuk mengupayakan resusitasi yang berhasil.

Tentang suplai oksigen, Parnia menuturkan, suplai harus diatur dengan mesin agar jumlah oksigen yang dialirkan sesuai yang dibutuhkan.

Penyadaran kembali orang yang telah meninggal ini menimbulkan pertanyaan etis. Pasalnya, upaya menyadarkan kembali orang yang telah berjam-jam mengalami henti jantung berisiko pada kerusakan otak. Siapa yang kemudian bertanggung jawab melakukan proses resusitasi lebih komprehensif?

Mayer mengungkapkan, keterbatasan saat ini adalah pengetahuan tentang kerusakan otak. Ilmuwan belum mengetahui seberapa lama kerusakan bertahan dan apakah bisa dikembalikan ke kondisi semula.

Mayer mengungkapkan, masih perlu pembelajaran lebih lanjut. Namun, ia mengatakan bahwa ilmuwan juga tak bisa begitu saja mengatakan bahwa kerusakan otak tak bisa dikembalikan.

Sementara, Becker menuturkan, upaya penyadaran tidak selalu bisa dilakukan di setiap kasus. Namun, sekali dokter memutuskan, dokter harus menerapkan semua metode yang mungkin bisa dilakukan.


Sumber :
kompas.com
Continue Reading→

Rabu, 23 Oktober 2013

Speleonectes tulumensis, nama ilmiah dari seekor krustasea diyakini sebagai hewan yang memiliki racun untuk berburu. Krustasea meliputi hewan air yang berkulit keras, termasuk kepiting serta udang.


Dilansir Nature, hewan ini pernah dideskirpsikan tiga dekade lalu. Tersebar di seluruh Meksiko dan Amerika Tengah, hewan ini hidup pada habitatnya, di mana air terhubung dengan jaringan gua bawah tanah.

Menurut kepercayaan kuno suku Maya, jaringan gua bawah tanah tersebut merupakan pintu gerbang ke neraka. Ahli biologi menemukan bahwa kolam dengan jaringan gua bawah tanah itu merupakan rumah bagi makhluk hidup, yakni krustasea berbisa pertama di dunia.


Speleonectes tulumensis yang masuk dalam kelas remipedia (krustasea buta) pertama dijelaskan pada 1981. Meneliti hewan ini sulit, karena habitat alami mereka berada di jaringan gua labirin yang sulit ditelusuri oleh para penyelam .

Ahli biologi  Bj�rn von Reumont dan Ronald Jenner dari Natural History Museum di London menemukan spesies krustasea tersebut. Penelitian di 2007 menunjukkan struktur pada hewan dengan cakar yang menyerupai jarum suntik.

Ini memicu spekulasi awal bahwa cakar tersebut merupakan racun yang ditujukan untuk melumpuhkan mangsa. Penelitian lanjutan mengonfirmasi bahwa struktur jarum dikelilingi oleh otot yang dapat memompa cairan racun.


Sumber :
okezone.com

Udang Beracun Pertama di Dunia Bersembunyi Dalam Pintu Gerbang Neraka

Anton chang   at  19.38  No comments

Speleonectes tulumensis, nama ilmiah dari seekor krustasea diyakini sebagai hewan yang memiliki racun untuk berburu. Krustasea meliputi hewan air yang berkulit keras, termasuk kepiting serta udang.


Dilansir Nature, hewan ini pernah dideskirpsikan tiga dekade lalu. Tersebar di seluruh Meksiko dan Amerika Tengah, hewan ini hidup pada habitatnya, di mana air terhubung dengan jaringan gua bawah tanah.

Menurut kepercayaan kuno suku Maya, jaringan gua bawah tanah tersebut merupakan pintu gerbang ke neraka. Ahli biologi menemukan bahwa kolam dengan jaringan gua bawah tanah itu merupakan rumah bagi makhluk hidup, yakni krustasea berbisa pertama di dunia.


Speleonectes tulumensis yang masuk dalam kelas remipedia (krustasea buta) pertama dijelaskan pada 1981. Meneliti hewan ini sulit, karena habitat alami mereka berada di jaringan gua labirin yang sulit ditelusuri oleh para penyelam .

Ahli biologi  Bj�rn von Reumont dan Ronald Jenner dari Natural History Museum di London menemukan spesies krustasea tersebut. Penelitian di 2007 menunjukkan struktur pada hewan dengan cakar yang menyerupai jarum suntik.

Ini memicu spekulasi awal bahwa cakar tersebut merupakan racun yang ditujukan untuk melumpuhkan mangsa. Penelitian lanjutan mengonfirmasi bahwa struktur jarum dikelilingi oleh otot yang dapat memompa cairan racun.


Sumber :
okezone.com
Continue Reading→

Selasa, 22 Oktober 2013

Sebuah riset unik mengungkap bahwa mamalia, terlepas dari ukuran tubuh dan besar kecilnya kantung kemih, punya waktu yang sama untuk membuang air kencingnya, yakni butuh 21 detik.

Patricia Yang dari Georgia Institute of Technology di Amerika Serikat seperti diberitakan New Scientist, memaparkan alasan di balik kesamaan yang tampaknya tak masuk akal tersebut.


Yang dan timnya merekam momen saat beragam mamalia, seperti tikus, anjing, kambing, sapi, dan gajah kencing. Mereka juga mencari berbagai video yang ada di situs Youtube untuk membantu.

Tim kemudian menganalisis video dan membandingkan dengan data ukuran kandung kemih, ukuran diameter dan panjang uretra atau saluran kencing, serta massa tubuh. Hasil analisis membuat tim menguraikan alasan di balik waktu kencing yang hampir sama antar-mamalia.

Gajah, menurut tim, memang memiliki kandung kemih dan volume air kencing yang lebih besar. Namun, mamalia itu mampu mengeluarkan urine dalam waktu yang sama dengan hewan kecil karena ukuran uretra yang besar dan panjang, berdiameter 10 cm atau sebesar pipa dan panjang 1 meter.

Ukuran uretra yang panjang membuat gajah menerima efek gravitasi lebih besar. Karena pengaruh gravitasi itu, air kencing bergerak lebih cepat. Hasilnya, kandung kemih juga lebih cepat kosong.

Hewan berukuran sedang, seperti anjing dan kambing, punya ukuran uretra lebih pendek dan kecil. Dengan logika sederhana, seharusnya kelompok hewan ini kencing lebih cepat, tapi temuan menunjukkan hal berbeda.

Anjing dan kambing juga punya waktu kencing sama dengan gajah. Sebabnya, ukuran uretra yang lebih kecil membuat gravitasi yang diterima juga lebih kecil. Akibatnya, air kencing bergerak lebih lambat.

Pada mamalia kecil, seperti tikus, gravitasi memainkan peran lebih sedikit. Keluarnya air kencing lebih banyak dipengaruhi oleh kekentalan dan tegangan permukaan. Hal itulah yang menyebabkan kencing pada hewan tersebut bukan berupa aliran tetapi tetesan.

Jadi, dari penelitian ini, kita bisa menyimpulkan bahwa waktu kencing mamalia dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama ukuran kantung kemih, ukuran uretra, serta gravitasi. Ukuran tubuh tidak memengaruhi.


Sumber :
kompas.com

Temuan Unik, Ternyata Durasi Kencing Setiap Mamalia Itu Hampir Sama

Anton chang   at  19.30  No comments

Sebuah riset unik mengungkap bahwa mamalia, terlepas dari ukuran tubuh dan besar kecilnya kantung kemih, punya waktu yang sama untuk membuang air kencingnya, yakni butuh 21 detik.

Patricia Yang dari Georgia Institute of Technology di Amerika Serikat seperti diberitakan New Scientist, memaparkan alasan di balik kesamaan yang tampaknya tak masuk akal tersebut.


Yang dan timnya merekam momen saat beragam mamalia, seperti tikus, anjing, kambing, sapi, dan gajah kencing. Mereka juga mencari berbagai video yang ada di situs Youtube untuk membantu.

Tim kemudian menganalisis video dan membandingkan dengan data ukuran kandung kemih, ukuran diameter dan panjang uretra atau saluran kencing, serta massa tubuh. Hasil analisis membuat tim menguraikan alasan di balik waktu kencing yang hampir sama antar-mamalia.

Gajah, menurut tim, memang memiliki kandung kemih dan volume air kencing yang lebih besar. Namun, mamalia itu mampu mengeluarkan urine dalam waktu yang sama dengan hewan kecil karena ukuran uretra yang besar dan panjang, berdiameter 10 cm atau sebesar pipa dan panjang 1 meter.

Ukuran uretra yang panjang membuat gajah menerima efek gravitasi lebih besar. Karena pengaruh gravitasi itu, air kencing bergerak lebih cepat. Hasilnya, kandung kemih juga lebih cepat kosong.

Hewan berukuran sedang, seperti anjing dan kambing, punya ukuran uretra lebih pendek dan kecil. Dengan logika sederhana, seharusnya kelompok hewan ini kencing lebih cepat, tapi temuan menunjukkan hal berbeda.

Anjing dan kambing juga punya waktu kencing sama dengan gajah. Sebabnya, ukuran uretra yang lebih kecil membuat gravitasi yang diterima juga lebih kecil. Akibatnya, air kencing bergerak lebih lambat.

Pada mamalia kecil, seperti tikus, gravitasi memainkan peran lebih sedikit. Keluarnya air kencing lebih banyak dipengaruhi oleh kekentalan dan tegangan permukaan. Hal itulah yang menyebabkan kencing pada hewan tersebut bukan berupa aliran tetapi tetesan.

Jadi, dari penelitian ini, kita bisa menyimpulkan bahwa waktu kencing mamalia dipengaruhi oleh beberapa hal, terutama ukuran kantung kemih, ukuran uretra, serta gravitasi. Ukuran tubuh tidak memengaruhi.


Sumber :
kompas.com
Continue Reading→

Para peneliti menemukan emas "tumbuh" di pohon-pohon para (gum trees) di Jazirah Eyre, di dekat kota kecil Wudinna, Australia Selatan. Penelitian digelar untuk menjelaskan fenomena tersebut.


Para peneliti dari lembaga ternama Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) mendapatkan bahwa butiran-butiran emas halus diangkut dari dalam tanah oleh akar pohon-pohon ekaliptus yang tumbuh di jazirah tersebut, kemudian tersebar di kulit pohon, daun, dan ranting-ranting pohon.

Emas ditemukan di pohon bukanlah barang baru untuk para ilmuwan. Namun, bagaimana butiran halus emas tersebut bisa sampai ke puncak pepohonan belum ada satu pun ilmuwan yang dapat menjelaskannya.

Dr Mel Lintern, pemimpin proyek penelitian akbar yang bernilai jutaan dollar Australia tersebut, mengatakan, hasil yang bisa didapatkan akan menghemat biaya eksplorasi perusahaan tambang. "Bila mereka bisa menerka isi perut bumi dari pohon dan tidak usah menggali, mereka akan menghemat banyak uang," tuturnya seperti dikutip surat kabar The Advertiser.  



"Aspek lain adalah cara ini lebih bersahabat terhadap lingkungan dibanding dengan membuat lubang yang besar," imbul Lintern. Melalui sinar X, para peneliti mendapatkan butiran emas mungil berdiameter seperlima dari sehelai rambut ada pada daun-daun pohon para.

Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu di Kalgoorlie di Australia Barat dan di Barns, sekitar 25 km dari Wudinna di Australia Selatan. Wudinna terletak sekitar 550 km di barat laut Adelaide, ibu kota Australia Selatan.

Lintern memutuskan melakukan penelitian setelah berkali-kali mengunjungi tempat-tempat itu selama delapan tahun. "Jumlah emas di pohon tersebut sedikit sekali," tuturnya. Dari sekitar 500 pohon, sebut dia, emas yang terkumpul hanya akan cukup untuk membuat satu cincin kawin.


Sumber :
smh.com.au
/ kompas.com

Wow, Ditemukan Pohon Ara Penambang Emas

Anton chang   at  18.28  No comments

Para peneliti menemukan emas "tumbuh" di pohon-pohon para (gum trees) di Jazirah Eyre, di dekat kota kecil Wudinna, Australia Selatan. Penelitian digelar untuk menjelaskan fenomena tersebut.


Para peneliti dari lembaga ternama Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) mendapatkan bahwa butiran-butiran emas halus diangkut dari dalam tanah oleh akar pohon-pohon ekaliptus yang tumbuh di jazirah tersebut, kemudian tersebar di kulit pohon, daun, dan ranting-ranting pohon.

Emas ditemukan di pohon bukanlah barang baru untuk para ilmuwan. Namun, bagaimana butiran halus emas tersebut bisa sampai ke puncak pepohonan belum ada satu pun ilmuwan yang dapat menjelaskannya.

Dr Mel Lintern, pemimpin proyek penelitian akbar yang bernilai jutaan dollar Australia tersebut, mengatakan, hasil yang bisa didapatkan akan menghemat biaya eksplorasi perusahaan tambang. "Bila mereka bisa menerka isi perut bumi dari pohon dan tidak usah menggali, mereka akan menghemat banyak uang," tuturnya seperti dikutip surat kabar The Advertiser.  



"Aspek lain adalah cara ini lebih bersahabat terhadap lingkungan dibanding dengan membuat lubang yang besar," imbul Lintern. Melalui sinar X, para peneliti mendapatkan butiran emas mungil berdiameter seperlima dari sehelai rambut ada pada daun-daun pohon para.

Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu di Kalgoorlie di Australia Barat dan di Barns, sekitar 25 km dari Wudinna di Australia Selatan. Wudinna terletak sekitar 550 km di barat laut Adelaide, ibu kota Australia Selatan.

Lintern memutuskan melakukan penelitian setelah berkali-kali mengunjungi tempat-tempat itu selama delapan tahun. "Jumlah emas di pohon tersebut sedikit sekali," tuturnya. Dari sekitar 500 pohon, sebut dia, emas yang terkumpul hanya akan cukup untuk membuat satu cincin kawin.


Sumber :
smh.com.au
/ kompas.com
Continue Reading→

Senin, 21 Oktober 2013

Bayi yang berumur mulai dari 18 bulan ternyata bisa mengetahui kebohongan seseorang. Bayi bisa mengenali perbedaan ekspresi wajah gembira yang asli atau cuma dibuat-buat.

Alih-alih ikut gembira, bayi malah akan menunjukkan empati terhadap orang yang tengah bersedih, meski orang itu berusaha memasang mimik lucu saat berhadapan dengannya.


Kemampuan unik bayi ini terungkap dalam penelitian Sabrina Chirella dan Diane Poulin-Dubois, dua psikolog asal Universitas Concordia di Montreal, Kanada. Mereka menemukan fakta bahwa bayi mampu mengenali perbedaan antara mimik wajah dan sikap yang ditunjukkan orang di sekitarnya. Bayi bisa merasakan jika ada perbedaan antara emosi dan reaksi yang muncul dalam konteks tertentu.

"Orang dewasa sering melindungi bayi dari situasi sulit dengan memasang mimik ceria, tapi bayi tahu hal sebenarnya," kata Poulin-Dubois seperti ditulis Sciencedaily. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal Infancy: The Official Journal of the International Society on Infant Studies.

Dalam studinya, Poulin-Dubois dan Chiarella mempelajari 92 bayi berusia 15 dan 18 bulan. Bayi-bayi itu diajak menonton seorang aktor yang memainkan beberapa skenario yang melibatkan reaksi emosi langsung dan melalui gerakan pantomim.

Pada satu skenario, para psikolog menunjukkan mimik sedih ketika diberi mainan yang diinginkan. Pada skenario lainnya, mereka menunjukkan mimik kesakitan saat berpura-pura mengalami luka di jari. 



Bayi berusia 15 bulan tidak menunjukkan reaksi berbeda pada dua skenario. Mereka sama-sama menunjukkan empati melalui mimik wajahnya kepada orang-orang yang mereka lihat tengah bersedih. Pada tahap ini kemampuan mereka untuk mengenali ekspresi wajah dan pengalaman emosional masih belum berkembang.

Lain halnya dengan bayi-bayi yang berumur 18 bulan. Mereka bisa mengenali ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan kejadian yang dialami. Bayi-bayi itu memandangi wajah para peneliti itu lebih lama lalu berbalik lebih sering melihat para pengasuhnya.

Menurut Poulin-Dubois, perilaku itu dimaksudkan untuk mengukur reaksi dari orang-orang yang mereka percaya. Buktinya, bayi-bayi itu malah menunjukkan empati ketika sudah mempercayai mimik sedih yang dilihatnya. Dan itu hanya terjadi ketika peneliti benar-benar berada dalam kondisi sedih atau mendapat kesulitan yang tampak dari kecocokan mimik dan reaksi yang dibuatnya.


Chirella mengatakan perhatian bayi terhadap mimik wajah sedih adalah perilaku adaptif. Kemampuan untuk mengenali rasa sedih lalu memberikan reaksi memiliki implikasi evolusioner.

"Untuk bisa berfungsi penuh di dunia sosial, mereka perlu mengembangkan kemampuan untuk memahami perilaku orang lain dengan menduga apa yang terjadi di antara mereka," ucap dia.

Mulai usia 15 bulan, bayi mulai mempelajari kondisi seseorang dan ekspresi yang mengikutinya. Efeknya adalah orang-orang dekat si bayi, termasuk orang tua atau pengasuh, tak bisa menyembunyikan perasaan sedih mereka dengan memasang sikap ceria. Penelitian itu menunjukkan bayi tidak bisa diperdaya untuk mempercayai sesuatu yang ditutupi dengan gaya gembira.

Kini para peneliti tengah melakukan studi apakah perilaku bayi yang memiliki hubungan dengan orang-orang yang tidak bisa dipercaya secara emosional bakal mempengaruhi kesediaan mereka untuk menolong atau belajar dari orang-orang tersebut.


Sumber :
tempo.co

Peneliti Mengungkapkan, Bayi Mampu Deteksi Kebohongan

Anton chang   at  17.52  No comments

Bayi yang berumur mulai dari 18 bulan ternyata bisa mengetahui kebohongan seseorang. Bayi bisa mengenali perbedaan ekspresi wajah gembira yang asli atau cuma dibuat-buat.

Alih-alih ikut gembira, bayi malah akan menunjukkan empati terhadap orang yang tengah bersedih, meski orang itu berusaha memasang mimik lucu saat berhadapan dengannya.


Kemampuan unik bayi ini terungkap dalam penelitian Sabrina Chirella dan Diane Poulin-Dubois, dua psikolog asal Universitas Concordia di Montreal, Kanada. Mereka menemukan fakta bahwa bayi mampu mengenali perbedaan antara mimik wajah dan sikap yang ditunjukkan orang di sekitarnya. Bayi bisa merasakan jika ada perbedaan antara emosi dan reaksi yang muncul dalam konteks tertentu.

"Orang dewasa sering melindungi bayi dari situasi sulit dengan memasang mimik ceria, tapi bayi tahu hal sebenarnya," kata Poulin-Dubois seperti ditulis Sciencedaily. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal Infancy: The Official Journal of the International Society on Infant Studies.

Dalam studinya, Poulin-Dubois dan Chiarella mempelajari 92 bayi berusia 15 dan 18 bulan. Bayi-bayi itu diajak menonton seorang aktor yang memainkan beberapa skenario yang melibatkan reaksi emosi langsung dan melalui gerakan pantomim.

Pada satu skenario, para psikolog menunjukkan mimik sedih ketika diberi mainan yang diinginkan. Pada skenario lainnya, mereka menunjukkan mimik kesakitan saat berpura-pura mengalami luka di jari. 



Bayi berusia 15 bulan tidak menunjukkan reaksi berbeda pada dua skenario. Mereka sama-sama menunjukkan empati melalui mimik wajahnya kepada orang-orang yang mereka lihat tengah bersedih. Pada tahap ini kemampuan mereka untuk mengenali ekspresi wajah dan pengalaman emosional masih belum berkembang.

Lain halnya dengan bayi-bayi yang berumur 18 bulan. Mereka bisa mengenali ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan kejadian yang dialami. Bayi-bayi itu memandangi wajah para peneliti itu lebih lama lalu berbalik lebih sering melihat para pengasuhnya.

Menurut Poulin-Dubois, perilaku itu dimaksudkan untuk mengukur reaksi dari orang-orang yang mereka percaya. Buktinya, bayi-bayi itu malah menunjukkan empati ketika sudah mempercayai mimik sedih yang dilihatnya. Dan itu hanya terjadi ketika peneliti benar-benar berada dalam kondisi sedih atau mendapat kesulitan yang tampak dari kecocokan mimik dan reaksi yang dibuatnya.


Chirella mengatakan perhatian bayi terhadap mimik wajah sedih adalah perilaku adaptif. Kemampuan untuk mengenali rasa sedih lalu memberikan reaksi memiliki implikasi evolusioner.

"Untuk bisa berfungsi penuh di dunia sosial, mereka perlu mengembangkan kemampuan untuk memahami perilaku orang lain dengan menduga apa yang terjadi di antara mereka," ucap dia.

Mulai usia 15 bulan, bayi mulai mempelajari kondisi seseorang dan ekspresi yang mengikutinya. Efeknya adalah orang-orang dekat si bayi, termasuk orang tua atau pengasuh, tak bisa menyembunyikan perasaan sedih mereka dengan memasang sikap ceria. Penelitian itu menunjukkan bayi tidak bisa diperdaya untuk mempercayai sesuatu yang ditutupi dengan gaya gembira.

Kini para peneliti tengah melakukan studi apakah perilaku bayi yang memiliki hubungan dengan orang-orang yang tidak bisa dipercaya secara emosional bakal mempengaruhi kesediaan mereka untuk menolong atau belajar dari orang-orang tersebut.


Sumber :
tempo.co
Continue Reading→

Rabu, 16 Oktober 2013

Semua orang pasti pernah bermimpi saat tidur, baik mimpi indah maupun mimpi buruk. Ada banyak cara untuk menafsirkan mimpi, misalnya terkait dengan peruntungan. Secara medis, bisa punya menunjukkan status kesehatan.

Diperkirakan, manusia mengalami mengalami 4-6 mimpi dalam semalam. Namun dari sekian banyak mimpi, hanya sekitar 2-3 yang bisa diingat saat bangun tidur. Dibanding laki-laki, perempuan lebih banyak mengingat mimpi.

Beberapa penelitian mengaitkan jenis-jenis mimpi dengan status kesehatan seperti dikutip dari Daily Mail.


1. Mimpi buruk


Kemungkinan penyebab mimpi buruk adalah pemakaian obat-obat jantung dan tekanan darah tinggi golongan beta blocker, gangguan migrain, maupun kurang tidur. Obat-obat golongan beta blocker diyakini mengubah komposisi kimia otak sehingga memicu terjadinya mimpi buruk.

Lemah jantung juga sering memicu mimpi buruk saat tidur. Hal itu dibuktikan dalam penelitian pada 6.000 orang dan dipublikasikan di Netherland Journal of Medicine. Menurut penelitian ini, seseorang dengan denyut jantung tidak teratur akan mengalami peningkatan risiko mimpi buruk sebanyak 3 kali lipat.

Kemungkinan penyebab lainnya adalah gangguan pernapasan. Berkurangnya pasokan oksigen ke otak memicu perubahan komposisi kimia yang menghadirkan mimpi buruk saat tidur.


2. Mimpi yang muncul lebih sering dari biasanya


Kemungkinan penyebabnya adalah temperatur udara yang terlalu dingin atau terlalu hangat di malam hari. Perubahan hormon, nyeri kronis dan pemakaian antidepresan juga bisa menyebabkan mimpi muncul lebih sering dari biasanya.

Prof Jim Horne, pakar kesehatan tidur dari Loughborough University membenarkan bahwa temperatur udara di malam hari bisa mengubah ritme bermimpi karena kenyamanan tidur terganggu.

"Makin sering tidurnya terganggu, makin besar pula kemungkinan terbangun tengah malam dan itu berarti lebih banyak mengingat mimpi," kata Prof Horne.

Prof Horne menambahkan, pengaruh hormon terhadap mimpi juga bisa diamati pada perempuan yang sedang datang bulan. Biasanya, rasa tidak nyaman membuat para perempuan mengalami gangguan tidur dan sering terbangun sehingga lebih banyak mengingat mimpi. Akibatnya, mimpinya seolah jadi lebih sering.


3. Mimpi diserang


Kemungkinan penyebabnya adalah gangguan pada saraf otak misalnya penyakit Alzheimer dan Parkinson. Kecenderungan untuk sering bermimpi buruk bahkan bisa muncul 10 tahun sebelum gejala Alzheimer muncul.

"Ini bisa menjadi gejala pertama yang kita lihat. Saya mengingatkan orang yang didiagnosis dengan gangguan ini untuk mengamati tanda lain misalnya gangguan saraf, tremor (gemetar) dan ingatan mudah lupa. Tujuannya agar bisa ditangani sejak dini," kata Prof Horne.


4. Mimpi yang membuat orang sering terbangun


Pola makan yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab munculnya mimpi-mimpi yang membuat orang terbangun tengah malam. Makan makanan berlemak, mengalami kegemukan, dan makan karena stres bisa memkicu mimpi jenis ini.

Prof Horne mengatakan makan terlalu banyak apalagi yang berlemak, menyebabkan tekanan pada katup pembatas lambung dengan kerongkongan meningkat. Bila katup terbuka, asam lambung akan naik dan memicu rasa tidak nyaman hingga akhirnya orang tersebut terbangun.


5. Mimpi aneh dan tak terlupakan


Konsumsi alkohol, infeksi, menopause dan penggunaan obat anti malaria bisa memicu mimpi jenis ini. Mimpi-mimpi tak wajar yang terus tergiang-ngiang dalam ingatan saat terbangun dar tidur.

"Cuaca tidak menyenangkan juga bisa menyebabkan kondisi setengah tidur dan setengah bangun, yang memicu mimpi-mimpi aneh," kata Dr Patrick McNamara, ahli saraf dari Boston University Medical School.

Obat malaria sering memicu mimpi aneh karena menganggu pelepasan senyawa asetilkolin di otak. Senyawa tersebut berhubungan dengan kemampuan mengontrol mimpi, sehingga mimpi menjadi aneh-aneh saat kadarnya berkurang.


6. Mimpi erotis


Mimpi tentang hal-hal berbau seksual merupakan hal yang wajar di semua usia, dan meningkat saat beranjak tua. Bahkan sampai usia 60-an tahun, mimpi erotis masih sering muncul dalam tidur.

"Banyak klien kami di usia 60-70 tahun masih mengalami mimpi erotis. Yang mengejutkan, mimpi tersebut tidak benar-benar berhubungan dengan kehidupan seksualnya, tapi justru terkait dengan kreativitasnya," kata seorang psikolog, Ian Wallace.


Sumber :
detik.com

Mimpi-mimpi Seperti Ini Bisa Menunjukkan Kondisi Kesehatan Anda

Anton chang   at  23.00  No comments

Semua orang pasti pernah bermimpi saat tidur, baik mimpi indah maupun mimpi buruk. Ada banyak cara untuk menafsirkan mimpi, misalnya terkait dengan peruntungan. Secara medis, bisa punya menunjukkan status kesehatan.

Diperkirakan, manusia mengalami mengalami 4-6 mimpi dalam semalam. Namun dari sekian banyak mimpi, hanya sekitar 2-3 yang bisa diingat saat bangun tidur. Dibanding laki-laki, perempuan lebih banyak mengingat mimpi.

Beberapa penelitian mengaitkan jenis-jenis mimpi dengan status kesehatan seperti dikutip dari Daily Mail.


1. Mimpi buruk


Kemungkinan penyebab mimpi buruk adalah pemakaian obat-obat jantung dan tekanan darah tinggi golongan beta blocker, gangguan migrain, maupun kurang tidur. Obat-obat golongan beta blocker diyakini mengubah komposisi kimia otak sehingga memicu terjadinya mimpi buruk.

Lemah jantung juga sering memicu mimpi buruk saat tidur. Hal itu dibuktikan dalam penelitian pada 6.000 orang dan dipublikasikan di Netherland Journal of Medicine. Menurut penelitian ini, seseorang dengan denyut jantung tidak teratur akan mengalami peningkatan risiko mimpi buruk sebanyak 3 kali lipat.

Kemungkinan penyebab lainnya adalah gangguan pernapasan. Berkurangnya pasokan oksigen ke otak memicu perubahan komposisi kimia yang menghadirkan mimpi buruk saat tidur.


2. Mimpi yang muncul lebih sering dari biasanya


Kemungkinan penyebabnya adalah temperatur udara yang terlalu dingin atau terlalu hangat di malam hari. Perubahan hormon, nyeri kronis dan pemakaian antidepresan juga bisa menyebabkan mimpi muncul lebih sering dari biasanya.

Prof Jim Horne, pakar kesehatan tidur dari Loughborough University membenarkan bahwa temperatur udara di malam hari bisa mengubah ritme bermimpi karena kenyamanan tidur terganggu.

"Makin sering tidurnya terganggu, makin besar pula kemungkinan terbangun tengah malam dan itu berarti lebih banyak mengingat mimpi," kata Prof Horne.

Prof Horne menambahkan, pengaruh hormon terhadap mimpi juga bisa diamati pada perempuan yang sedang datang bulan. Biasanya, rasa tidak nyaman membuat para perempuan mengalami gangguan tidur dan sering terbangun sehingga lebih banyak mengingat mimpi. Akibatnya, mimpinya seolah jadi lebih sering.


3. Mimpi diserang


Kemungkinan penyebabnya adalah gangguan pada saraf otak misalnya penyakit Alzheimer dan Parkinson. Kecenderungan untuk sering bermimpi buruk bahkan bisa muncul 10 tahun sebelum gejala Alzheimer muncul.

"Ini bisa menjadi gejala pertama yang kita lihat. Saya mengingatkan orang yang didiagnosis dengan gangguan ini untuk mengamati tanda lain misalnya gangguan saraf, tremor (gemetar) dan ingatan mudah lupa. Tujuannya agar bisa ditangani sejak dini," kata Prof Horne.


4. Mimpi yang membuat orang sering terbangun


Pola makan yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab munculnya mimpi-mimpi yang membuat orang terbangun tengah malam. Makan makanan berlemak, mengalami kegemukan, dan makan karena stres bisa memkicu mimpi jenis ini.

Prof Horne mengatakan makan terlalu banyak apalagi yang berlemak, menyebabkan tekanan pada katup pembatas lambung dengan kerongkongan meningkat. Bila katup terbuka, asam lambung akan naik dan memicu rasa tidak nyaman hingga akhirnya orang tersebut terbangun.


5. Mimpi aneh dan tak terlupakan


Konsumsi alkohol, infeksi, menopause dan penggunaan obat anti malaria bisa memicu mimpi jenis ini. Mimpi-mimpi tak wajar yang terus tergiang-ngiang dalam ingatan saat terbangun dar tidur.

"Cuaca tidak menyenangkan juga bisa menyebabkan kondisi setengah tidur dan setengah bangun, yang memicu mimpi-mimpi aneh," kata Dr Patrick McNamara, ahli saraf dari Boston University Medical School.

Obat malaria sering memicu mimpi aneh karena menganggu pelepasan senyawa asetilkolin di otak. Senyawa tersebut berhubungan dengan kemampuan mengontrol mimpi, sehingga mimpi menjadi aneh-aneh saat kadarnya berkurang.


6. Mimpi erotis


Mimpi tentang hal-hal berbau seksual merupakan hal yang wajar di semua usia, dan meningkat saat beranjak tua. Bahkan sampai usia 60-an tahun, mimpi erotis masih sering muncul dalam tidur.

"Banyak klien kami di usia 60-70 tahun masih mengalami mimpi erotis. Yang mengejutkan, mimpi tersebut tidak benar-benar berhubungan dengan kehidupan seksualnya, tapi justru terkait dengan kreativitasnya," kata seorang psikolog, Ian Wallace.


Sumber :
detik.com
Continue Reading→

Senin, 14 Oktober 2013

Meminum sekaleng minuman bersoda di siang hari benar-benar menggiurkan. Rasa dahaga segera berganti dengan kesegaran. Namun, tahukah Anda, apa yang terjadi di dalam tubuh saat soda masuk ke dalamnya? Berikut ini ulasannya, seperti dilansir laman Daily Health Post.


10 Menit Pertama
Kandungan gula yang mencapai 10 sendok teh akan segera masuk ke dalam sistem tubuh. Kita memang tidak akan muntah karena rasa manis yang luar biasa. Pasalnya, asam fosfat yang terkandung di dalamnya akan memotong rasa itu.

20 Menit
Kadar gula dalam tubuh akan naik yang akhirnya menaikkan kadar insulin. Hati kita akan mengatasinya dengan mengubah gula tersebut menjadi lemak.

40 Menit
Penyerapan kafein selesai. Tekanan darah akan meningkat. Hati akan merespons dengan mengalirkan gula ke dalam aliran darah. Kantuk akan hilang akibat reseptor adenosis di otak terblokir.

45 Menit
Tubuh mulai merangsang dopamin yang merangsang pusat kesenangan di otak. Cara kerjanya sama seperti heroin.

Lebih dari 60 Menit
Asam fosfat akan mengikat kalsium, magnesium, dan seng dalam usus bagian bawah. Hal ini akan meningkatkan metabolisme tubuh secara signifikan. Dan parahnya, dosis tinggi gula dan pemanis buatan juga akan meningkatkan eksresi kalsium.

Selain itu, sifat diuretik dari kafein muncul. Kita akan merasa ingin buang air kecil. Ditambah lagi, kadar gula yang mulai meninggi akan membuat kita mudah marah dan menjadi lamban.


Sumber :
tempo.co

Inilah yang Terjadi Pada Tubuh Sesaat Setelah Meminum Soda

Anton chang   at  21.51  No comments

Meminum sekaleng minuman bersoda di siang hari benar-benar menggiurkan. Rasa dahaga segera berganti dengan kesegaran. Namun, tahukah Anda, apa yang terjadi di dalam tubuh saat soda masuk ke dalamnya? Berikut ini ulasannya, seperti dilansir laman Daily Health Post.


10 Menit Pertama
Kandungan gula yang mencapai 10 sendok teh akan segera masuk ke dalam sistem tubuh. Kita memang tidak akan muntah karena rasa manis yang luar biasa. Pasalnya, asam fosfat yang terkandung di dalamnya akan memotong rasa itu.

20 Menit
Kadar gula dalam tubuh akan naik yang akhirnya menaikkan kadar insulin. Hati kita akan mengatasinya dengan mengubah gula tersebut menjadi lemak.

40 Menit
Penyerapan kafein selesai. Tekanan darah akan meningkat. Hati akan merespons dengan mengalirkan gula ke dalam aliran darah. Kantuk akan hilang akibat reseptor adenosis di otak terblokir.

45 Menit
Tubuh mulai merangsang dopamin yang merangsang pusat kesenangan di otak. Cara kerjanya sama seperti heroin.

Lebih dari 60 Menit
Asam fosfat akan mengikat kalsium, magnesium, dan seng dalam usus bagian bawah. Hal ini akan meningkatkan metabolisme tubuh secara signifikan. Dan parahnya, dosis tinggi gula dan pemanis buatan juga akan meningkatkan eksresi kalsium.

Selain itu, sifat diuretik dari kafein muncul. Kita akan merasa ingin buang air kecil. Ditambah lagi, kadar gula yang mulai meninggi akan membuat kita mudah marah dan menjadi lamban.


Sumber :
tempo.co
Continue Reading→

Mamalia golongan Antechinus, golongan masurpial yang menyerupai tikus, diketahui memiliki perilaku seks yang "gila" sekaligus mematikan.

Hasil studi terbaru menemukan, pejantan golongan ini bisa menghabiskan waktu 14 jam tanpa henti untuk mengawini sebanyak mungkin betina.


Perilaku seks yang mencengangkan itu bisa berlangsung selama dua minggu sebelum akhirnya pejantan itu kelelahan, sakit-sakitan, dan akhirnya mati.

"Pejantan yang kasihan. Anda harus mengasihaninya," kata Diana Fisher, fellow di University of Queensland yang memimpin penelitian tentang perilaku seks Anthechinus.

Antechinus punya umur sekitar satu tahun. Namun, mereka baru aktif kawin dalam dua minggu terakhir sebelum kematiannya.

Fisher dalam penelitiannya membiakkan Antechinus. Setelah dua minggu masa kawin, ia menjumpai bahwa hampir semua pejantan spesies itu mati.


Diberitakan Daily Mail, ia mengungkap, perilaku seks Antechinus dipengaruhi oleh cara produksi spermanya.

"Mereka memproduksi sperma hingga memiliki testis yang sangat besar. Antechinus hanya memproduksi sedikit sperma dan hanya sekali seumur hidupnya," kata Fisher.

"Mereka kemudian (harus) mencari betina sebanyak mungkin sebelum secara alami kehilangan sperma. Bahkan kencing pun bisa membuat mereka kehilangan sperma," imbuhnya.

Menurut Fisher, mereka yang mati sebenarnya adalah mereka yang beruntung karena sudah memanfaatkan kesempatan untuk meneruskan gennya.

Secara fisiologis, perilaku seks Antechinus juga didukung oleh hormon testosteron yang membuat fauna pemakan invertebrata itu tetap terjaga dan siap sedia berhubungan seksual.

Karena testosteron dan hormon yang memengaruhi stres pula, selama musim kawin, spesies ini jarang sekali tidur. Saat itu, hidup hanya untuk seks.


Seks pada Antechinus juga sangat liar. Selain terus berganti pasangan, seks pada spesies itu juga melibatkan gigitan dan cakaran.

Meski dalam sudut pandang manusia, seks pada jenis itu merugikan betina karena pejantan tak setia; dari sudut pandang betina Antechinus sendiri, perilaku seks itu menguntungkan.

Kompetisi antar-pejantan pada spesies itu membuat betina punya peluang besar untuk bisa hamil.

Masa kawin yang liar pada spesies ini hanya berlangsung singkat. Setelahnya, hewan itu rapuh dan tinggal menunggu ajal.

Setelah masa kawin, Antechinus banyak kehilangan bulunya, mengalami infeksi, dan pendarahan pada organ dalam. Akhirnya, mereka mati.

Perilaku seks yang sama telah dijumpai pada 12 sub-spesies Antechinus, termasuk Antechinus agilis, Antechinus subtropis, dan Antechinus berkaki kuning.

Perilaku seks pada spesies itu sering disebut "reproduksi bunuh diri". Perilaku itu banyak dijumpai pada serangga, tetapi sebelumnya jarang dijumpai pada mamalia.


Sumber :
kompas.com

Bagi Antechinus, "Pesta Seks" adalah Perayaan Sebelum Kematian

Anton chang   at  00.59  No comments

Mamalia golongan Antechinus, golongan masurpial yang menyerupai tikus, diketahui memiliki perilaku seks yang "gila" sekaligus mematikan.

Hasil studi terbaru menemukan, pejantan golongan ini bisa menghabiskan waktu 14 jam tanpa henti untuk mengawini sebanyak mungkin betina.


Perilaku seks yang mencengangkan itu bisa berlangsung selama dua minggu sebelum akhirnya pejantan itu kelelahan, sakit-sakitan, dan akhirnya mati.

"Pejantan yang kasihan. Anda harus mengasihaninya," kata Diana Fisher, fellow di University of Queensland yang memimpin penelitian tentang perilaku seks Anthechinus.

Antechinus punya umur sekitar satu tahun. Namun, mereka baru aktif kawin dalam dua minggu terakhir sebelum kematiannya.

Fisher dalam penelitiannya membiakkan Antechinus. Setelah dua minggu masa kawin, ia menjumpai bahwa hampir semua pejantan spesies itu mati.


Diberitakan Daily Mail, ia mengungkap, perilaku seks Antechinus dipengaruhi oleh cara produksi spermanya.

"Mereka memproduksi sperma hingga memiliki testis yang sangat besar. Antechinus hanya memproduksi sedikit sperma dan hanya sekali seumur hidupnya," kata Fisher.

"Mereka kemudian (harus) mencari betina sebanyak mungkin sebelum secara alami kehilangan sperma. Bahkan kencing pun bisa membuat mereka kehilangan sperma," imbuhnya.

Menurut Fisher, mereka yang mati sebenarnya adalah mereka yang beruntung karena sudah memanfaatkan kesempatan untuk meneruskan gennya.

Secara fisiologis, perilaku seks Antechinus juga didukung oleh hormon testosteron yang membuat fauna pemakan invertebrata itu tetap terjaga dan siap sedia berhubungan seksual.

Karena testosteron dan hormon yang memengaruhi stres pula, selama musim kawin, spesies ini jarang sekali tidur. Saat itu, hidup hanya untuk seks.


Seks pada Antechinus juga sangat liar. Selain terus berganti pasangan, seks pada spesies itu juga melibatkan gigitan dan cakaran.

Meski dalam sudut pandang manusia, seks pada jenis itu merugikan betina karena pejantan tak setia; dari sudut pandang betina Antechinus sendiri, perilaku seks itu menguntungkan.

Kompetisi antar-pejantan pada spesies itu membuat betina punya peluang besar untuk bisa hamil.

Masa kawin yang liar pada spesies ini hanya berlangsung singkat. Setelahnya, hewan itu rapuh dan tinggal menunggu ajal.

Setelah masa kawin, Antechinus banyak kehilangan bulunya, mengalami infeksi, dan pendarahan pada organ dalam. Akhirnya, mereka mati.

Perilaku seks yang sama telah dijumpai pada 12 sub-spesies Antechinus, termasuk Antechinus agilis, Antechinus subtropis, dan Antechinus berkaki kuning.

Perilaku seks pada spesies itu sering disebut "reproduksi bunuh diri". Perilaku itu banyak dijumpai pada serangga, tetapi sebelumnya jarang dijumpai pada mamalia.


Sumber :
kompas.com
Continue Reading→

Minggu, 13 Oktober 2013

Tanpa disadari, manusia sebenarnya bisa melihat medan magnet bumi karena adanya suatu senyawa dalam mata. Ada kemungkinan, nenek moyang manusia dulu punya kemampuan tersebut. 

Sebuah studi menunjukkan bahwa ada kemungkinan protein bernama cryptochrome terdapat pada retina. Protein tersebut banyak didapati pada hewan dan tumbuhan sehingga beberapa spesies bisa menggunakan medan magnet bumi untuk melakukan navigasi.

Elektron dalam molekul cryptochrome saling terkait. Medan magnet bumi menyebabkan elektron bergoyang. Reaksi kimiawi untuk merespons goyangnya elektron tersebut membuat burung dapat melihat medan maget dalam warna-warni. 

Para peneliti sebelumnya mengira cryptochrome tidak memiliki banyak keuntungan bagi manusia sehingga tidak dapat mengenali medan magnet seperti burung. Karenanya, manusia butuh patokan atau perangkat GPS untuk mengetahui arah.

Sangkaan ini yang sepertinya harus diubah setelah para ahli saraf dari University of Massachusetts melakukan penelitian. Mereka mengambil cryptochrome dari manusia dan memberikannya pada lalat buah yang kehilangan kemampuan melihat medan magnet. Hasilnya, seperti dilaporkan Wired Science, lalat buah kembali memiliki kemampuan melihat medan magnet. Sayangnya pada manusia, cara kerja cryptochrome tidak seperti pada lalat. 

"Kami tidak tahu apakah kerja molekul itu sama pada retina manusia. Tapi kemungkinan itu ada," kata Steven Reppert, ahli saraf dari University of Massachusetts.

Saat ini ilmuwan mengetahui bahwa cryptochrome pada manusia berfungsi sebagai jam molekul, bukan sebagai kompas. Tapi para peneliti menduga bahwa nenek moyang manusia terbantu dengan adanya protein tersebut untuk menentukan arah. Jika suatu saat para peneliti berhasil mengembalikan kemampuan tersebut... selamat tinggal perangkat GPS.


Sumber:
forumsains

Dengan Protein ini Manusia Tak Lagi Butuh GPS

Anton chang   at  19.00  No comments

Tanpa disadari, manusia sebenarnya bisa melihat medan magnet bumi karena adanya suatu senyawa dalam mata. Ada kemungkinan, nenek moyang manusia dulu punya kemampuan tersebut. 

Sebuah studi menunjukkan bahwa ada kemungkinan protein bernama cryptochrome terdapat pada retina. Protein tersebut banyak didapati pada hewan dan tumbuhan sehingga beberapa spesies bisa menggunakan medan magnet bumi untuk melakukan navigasi.

Elektron dalam molekul cryptochrome saling terkait. Medan magnet bumi menyebabkan elektron bergoyang. Reaksi kimiawi untuk merespons goyangnya elektron tersebut membuat burung dapat melihat medan maget dalam warna-warni. 

Para peneliti sebelumnya mengira cryptochrome tidak memiliki banyak keuntungan bagi manusia sehingga tidak dapat mengenali medan magnet seperti burung. Karenanya, manusia butuh patokan atau perangkat GPS untuk mengetahui arah.

Sangkaan ini yang sepertinya harus diubah setelah para ahli saraf dari University of Massachusetts melakukan penelitian. Mereka mengambil cryptochrome dari manusia dan memberikannya pada lalat buah yang kehilangan kemampuan melihat medan magnet. Hasilnya, seperti dilaporkan Wired Science, lalat buah kembali memiliki kemampuan melihat medan magnet. Sayangnya pada manusia, cara kerja cryptochrome tidak seperti pada lalat. 

"Kami tidak tahu apakah kerja molekul itu sama pada retina manusia. Tapi kemungkinan itu ada," kata Steven Reppert, ahli saraf dari University of Massachusetts.

Saat ini ilmuwan mengetahui bahwa cryptochrome pada manusia berfungsi sebagai jam molekul, bukan sebagai kompas. Tapi para peneliti menduga bahwa nenek moyang manusia terbantu dengan adanya protein tersebut untuk menentukan arah. Jika suatu saat para peneliti berhasil mengembalikan kemampuan tersebut... selamat tinggal perangkat GPS.


Sumber:
forumsains
Continue Reading→

Jumat, 11 Oktober 2013

Simpanse disebut-sebut sebagai spesies terdekat dan memiliki banyak ciri-ciri perilaku manusia. Tampaknya simpanse pun memilih teman mereka dengan cara yang sama seperti manusia.

Para ilmuwan dari universitas di Zurich dan Wina menemukan, seperti manusia, simpanse cenderung untuk berteman dengan sesamanya yang memiliki paling banyak kesamaan. Temuan para peneliti itu dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Evolution and Human Behaviour yang mengungkapkan bahwa simpanse memilih teman-teman mereka berdasarkan pada kondisi perilaku dan emosional mereka.


Para ilmuwan mengamati 40 primata itu dalam dua kebun binatang. Lalu memantau dengan siapa mereka membentuk ikatan, dengan siapa mereka cenderung duduk bersama, dan jenis kepribadian yang mereka miliki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa simpanse yang suka bersosialisasi cenderung berteman dengan simpanse serupa. Sedangkan simpanse yang kurang bersosialisasi cenderung untuk bersatu dengan yang serupa.

Temuan itu mencerminkan "efek kesamaan" yang dikenal pada manusia. Jorg Massen, dari University of Vienna mengatakan, "Para peneliti menemukan bahwa individu yang paling ramah dan berani suka ditemani mereka yang sangat ramah dan berani lainnya. Sedangkan yang pemalu dan kurang bersosialisasi menghabiskan waktu dengan simpanse penyendiri dan pemalu lainnya," ujarnya sebagaimana dikutip Dailymail.


Sonja Koski dari University of Zurich mengatakan kepada Discovery News bahwa kelompok-kelompok simpanse terdiri dari banyak jantan dan betina, dan setiap individu berteman secara kooperatif.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa preferensi untuk membentuk persahabatan dengan individu seperti diri mereka ini hadir pada nenek moyang simpanse dan manusia. Penelitian sebelumnya pada primata lain, seperti babon, menunjukkan hasil yang sama," ujarnya.


Sumber :
dailymail.co.uk / tempo.co

Seperti Manusia, Ternyata Simpanse Juga Pilih-pilih Dalam Berteman

Anton chang   at  02.00  No comments

Simpanse disebut-sebut sebagai spesies terdekat dan memiliki banyak ciri-ciri perilaku manusia. Tampaknya simpanse pun memilih teman mereka dengan cara yang sama seperti manusia.

Para ilmuwan dari universitas di Zurich dan Wina menemukan, seperti manusia, simpanse cenderung untuk berteman dengan sesamanya yang memiliki paling banyak kesamaan. Temuan para peneliti itu dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Evolution and Human Behaviour yang mengungkapkan bahwa simpanse memilih teman-teman mereka berdasarkan pada kondisi perilaku dan emosional mereka.


Para ilmuwan mengamati 40 primata itu dalam dua kebun binatang. Lalu memantau dengan siapa mereka membentuk ikatan, dengan siapa mereka cenderung duduk bersama, dan jenis kepribadian yang mereka miliki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa simpanse yang suka bersosialisasi cenderung berteman dengan simpanse serupa. Sedangkan simpanse yang kurang bersosialisasi cenderung untuk bersatu dengan yang serupa.

Temuan itu mencerminkan "efek kesamaan" yang dikenal pada manusia. Jorg Massen, dari University of Vienna mengatakan, "Para peneliti menemukan bahwa individu yang paling ramah dan berani suka ditemani mereka yang sangat ramah dan berani lainnya. Sedangkan yang pemalu dan kurang bersosialisasi menghabiskan waktu dengan simpanse penyendiri dan pemalu lainnya," ujarnya sebagaimana dikutip Dailymail.


Sonja Koski dari University of Zurich mengatakan kepada Discovery News bahwa kelompok-kelompok simpanse terdiri dari banyak jantan dan betina, dan setiap individu berteman secara kooperatif.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa preferensi untuk membentuk persahabatan dengan individu seperti diri mereka ini hadir pada nenek moyang simpanse dan manusia. Penelitian sebelumnya pada primata lain, seperti babon, menunjukkan hasil yang sama," ujarnya.


Sumber :
dailymail.co.uk / tempo.co
Continue Reading→

Jumat, 04 Oktober 2013

Kaum yang meyakini adanya bigfoot mengklaim telah menemukan bukti ilmiah dari makhluk tersebut.

Studi DNA selama lima tahun dalam Sasquatch Genome Project bersama rangkaian foto dan video menunjukkan bahwa bigfoot yang jejaknya pernah diklaim ditemukan di Sumatera memang benar-benar ada.


Anggota tim peneliti mengungkap hasil penelitian terbaru dalam pertemuan di Dallas. Mereka mengatakan, bigfoot adalah kerabat manusia yang eksis 15.000 tahun lalu.

"Kami ingin orang memahami bahwa ini serius. Orang telah memilih untuk tidak memercayainya. Mereka tidak dapat menyadari bahwa makhluk ini memang benar-benar ada," kata Melba Ketchum, pakar genetika yang memimpin riset, seperti dikutip IBTimes.

Studi selama lima tahun itu dibiayai oleh seorang pebisnis bernama Adrian Erickson. Biaya yang dihabiskan 500.000 dollar AS. Ketchum dan timnya berhasil mengurai genom sampel yang diyakini bigfoot dan mengungkap bahwa makhluk itu adalah hibrid manusia.

"Studi kami telah mengurai 20 genom mitokondria secara keseluruhan dan menggunakan teknologi penguraian lanjut untuk mendapatkan 3 genom inti dari sampel yang diyakini bigfoot," demikian pernyataan peneliti.

"Penguraian genom menunjukkan bahwa DNA mitokondria Sasquatch identik dengan Homo sapiens. Namun DNA inti Sasquatch berbeda, terkait manusia Homo sapiens dan primata lain," lanjut peneliti dalam rilisnya.

Tim peneliti menggunakan 111 spesimen yang didapatkan dari rambut, darah, kulit, dan jaringan lain dari sampel yang diduga bigfoot.

Ketchum adalah seorang profesor veteriner. Ia awalnya skeptis tentang bigfoot. Namun, dalam penelitian, ia menjumpai fakta bahwa bigfoot memang berbeda.

"Makhluk ini tak mengikuti aturan umum. Sangat berbeda. Kami berpikir dia hibrid manusia. Itu teori kita," katanya.

Menurut Ketchum, pemerintah harus mengakui bigfoot seperti sekelompok masyarakat adat, melindunginya dari pihak-pihak yang mengancam, menjebak atau ingin membunuhnya.


Sumber :
sains.kompas.com

Klaim Peneliti, Bigfoot Sebagai Makhluk "Setengah Manusia"

Anton chang   at  18.38  No comments

Kaum yang meyakini adanya bigfoot mengklaim telah menemukan bukti ilmiah dari makhluk tersebut.

Studi DNA selama lima tahun dalam Sasquatch Genome Project bersama rangkaian foto dan video menunjukkan bahwa bigfoot yang jejaknya pernah diklaim ditemukan di Sumatera memang benar-benar ada.


Anggota tim peneliti mengungkap hasil penelitian terbaru dalam pertemuan di Dallas. Mereka mengatakan, bigfoot adalah kerabat manusia yang eksis 15.000 tahun lalu.

"Kami ingin orang memahami bahwa ini serius. Orang telah memilih untuk tidak memercayainya. Mereka tidak dapat menyadari bahwa makhluk ini memang benar-benar ada," kata Melba Ketchum, pakar genetika yang memimpin riset, seperti dikutip IBTimes.

Studi selama lima tahun itu dibiayai oleh seorang pebisnis bernama Adrian Erickson. Biaya yang dihabiskan 500.000 dollar AS. Ketchum dan timnya berhasil mengurai genom sampel yang diyakini bigfoot dan mengungkap bahwa makhluk itu adalah hibrid manusia.

"Studi kami telah mengurai 20 genom mitokondria secara keseluruhan dan menggunakan teknologi penguraian lanjut untuk mendapatkan 3 genom inti dari sampel yang diyakini bigfoot," demikian pernyataan peneliti.

"Penguraian genom menunjukkan bahwa DNA mitokondria Sasquatch identik dengan Homo sapiens. Namun DNA inti Sasquatch berbeda, terkait manusia Homo sapiens dan primata lain," lanjut peneliti dalam rilisnya.

Tim peneliti menggunakan 111 spesimen yang didapatkan dari rambut, darah, kulit, dan jaringan lain dari sampel yang diduga bigfoot.

Ketchum adalah seorang profesor veteriner. Ia awalnya skeptis tentang bigfoot. Namun, dalam penelitian, ia menjumpai fakta bahwa bigfoot memang berbeda.

"Makhluk ini tak mengikuti aturan umum. Sangat berbeda. Kami berpikir dia hibrid manusia. Itu teori kita," katanya.

Menurut Ketchum, pemerintah harus mengakui bigfoot seperti sekelompok masyarakat adat, melindunginya dari pihak-pihak yang mengancam, menjebak atau ingin membunuhnya.


Sumber :
sains.kompas.com
Continue Reading→

Rabu, 18 September 2013

Ada sebuah otak paling aneh yang kini jadi koleksi University of Texas, Austin, Amerika Serikat. Pasalnya, otak ini tidak memiliki tonjolan dan lipatan yang menjadi karakteristik umum otak manusia.

Seperti dikutip dari New Scientist,  otak itu adalah milik seseorang yang tinggal di wilayah yang kini merupakan North Texas State University. Seseorang itu, yang tak secara gamblang dinyatakan jenis kelaminnya, meninggal tahun 1970.

 
Di University of Texas, otak koleksi ini disimpan dalam sebuah guci, diberi nomor seri, tetapi microfilm yang menyimpan rekam medis pemilik otak tersebut hilang. Fotografer Adam Voorhes menghabiskan waktu setahun untuk menggali informasi tentang otak itu dan sekitar 100 otak lain koleksi University of Texas, Austin.


Diketahui, pada guci tempat menyimpan otak itu terdapat keterangan bahwa pemiliknya mengalami agyria, tidak memiliki gyri dan sulci atau tonjolan dan lipatan yang umumnya terdapat pada bagian cerebral cortex yang normal.

Kondisi langka tersebut disebut juga lissencephaly. Seseorang yang mengalami kondisi itu biasanya meninggal sebelum usia 10 tahun. Biasanya, penderita kelainan itu mengalami kekejangan dan kesulitan dalam mempelajari sesuatu.

David Dexter dari Brain Bank di Imperial College London mengatakan bahwa dirinya tak pernah melihat otak seperti yang dipotret Voorhes.

"Kita memang mengetahui adanya otak di mana bagian suci hilang, tetapi tak ada lagi yang bisa dijelaskan lebih jauh tentang otak ini," katanya.

Meskipun demikian, ia tak heran jika pemilik otak ini bisa bertahan hingga usia dewasa karena otak memang sangat adaptif. Namun, Dexter menduga bahwa kelainan otak itu tetap memiliki efek buruk.

Awal tahun 2013, University of Texas melakukan pemindaian dengan magnetic resonance imaging (MRI) pada otak ini. Walau beberapa informasi tentang otak ini didapatkan, tetapi informasi tentang individu pemiliknya sepertinya akan sulit ditemukan alias hilang selamanya.



















Sumber:
kompas.

Wuih, Otak ini Benar-benar Aneh

Anton chang   at  01.43  No comments

Ada sebuah otak paling aneh yang kini jadi koleksi University of Texas, Austin, Amerika Serikat. Pasalnya, otak ini tidak memiliki tonjolan dan lipatan yang menjadi karakteristik umum otak manusia.

Seperti dikutip dari New Scientist,  otak itu adalah milik seseorang yang tinggal di wilayah yang kini merupakan North Texas State University. Seseorang itu, yang tak secara gamblang dinyatakan jenis kelaminnya, meninggal tahun 1970.

 
Di University of Texas, otak koleksi ini disimpan dalam sebuah guci, diberi nomor seri, tetapi microfilm yang menyimpan rekam medis pemilik otak tersebut hilang. Fotografer Adam Voorhes menghabiskan waktu setahun untuk menggali informasi tentang otak itu dan sekitar 100 otak lain koleksi University of Texas, Austin.


Diketahui, pada guci tempat menyimpan otak itu terdapat keterangan bahwa pemiliknya mengalami agyria, tidak memiliki gyri dan sulci atau tonjolan dan lipatan yang umumnya terdapat pada bagian cerebral cortex yang normal.

Kondisi langka tersebut disebut juga lissencephaly. Seseorang yang mengalami kondisi itu biasanya meninggal sebelum usia 10 tahun. Biasanya, penderita kelainan itu mengalami kekejangan dan kesulitan dalam mempelajari sesuatu.

David Dexter dari Brain Bank di Imperial College London mengatakan bahwa dirinya tak pernah melihat otak seperti yang dipotret Voorhes.

"Kita memang mengetahui adanya otak di mana bagian suci hilang, tetapi tak ada lagi yang bisa dijelaskan lebih jauh tentang otak ini," katanya.

Meskipun demikian, ia tak heran jika pemilik otak ini bisa bertahan hingga usia dewasa karena otak memang sangat adaptif. Namun, Dexter menduga bahwa kelainan otak itu tetap memiliki efek buruk.

Awal tahun 2013, University of Texas melakukan pemindaian dengan magnetic resonance imaging (MRI) pada otak ini. Walau beberapa informasi tentang otak ini didapatkan, tetapi informasi tentang individu pemiliknya sepertinya akan sulit ditemukan alias hilang selamanya.



















Sumber:
kompas.
Continue Reading→

Rabu, 11 September 2013

Berdasarkan penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh para ilmuwan, didapatkan fakta bahwa bakteri ternyata bisa tumbuh dan berkembang menjadi lebih besar dan ganas di tempat dengan gaya gravitasi mikro seperti di luar angkasa.

Pada misi Atlantis terdahulu, dilakukan sejumlah percobaan dengan membuat media koloni hidupnya bakteri (biofilm) untuk kemudian dilihat perkembangannya. Ternyata bakteri tumbuh menjadi lebih besar dan lebih tebal. Hal itu tentu sangat membahayakan bila sampai masuk ke dalam tubuh manusia.


Media untuk penelitian bakteri yg dibawa pesawat ulang alik Atlantis.
Image credit: plosone

"Bakteri tumbuh selama penerbangan luar angkasa dan memiliki lebih banyak sel-sel hidup, memiliki biomassa yang lebih banyak, dan juga lebih tebal daripada bakteri yang ada pada kondisi gravitasi normal," ungkap juru bicara NASA dalam sebuah jumpa pers.

Jenis bakteri yang diamati adalah Pseudomonas aeruginosa yang tumbuh cepat selama tiga hari dalam sebuah media urin buatan. Menurut NASA media urin buatan sangat cocok sebagai tempat koloni bakteri terbentuk, baik di dalam atau di luar tubuh manusia dan mengingat itu juga termasuk limbang di pesawat ulang allik, maka media urin buatan dipilih untuk mengatahui sejauh mana efeknya terhadap kesehatan astronot.


Sampel bakteri Pseudomonas aeruginosa. Image credit: google



Hasil penelitian. Image credit: plosone



Hasil penelitian. Image credit: plosone

Setiap media tempat tumbuh bakteri diberi membran selulosa dimana bakteri bisa tumbuh di sana. Metode yang sama juga telah diterapkan pada penelitian di Bumi.

"Ini masih dalam tahap awal penelitian dan memerlukan penelitian lebih lanjut lagi untuk mengetahui bagaimana gaya gravitasi mikro mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme lain," ungkap Cynthia Collins dari Rensselaer Polytechnic Institute.

"Sebelum kita mengirim astronot ke luar angkasa, kita harus meyakinkan dulu bahwa mereka telah disterilisasi dari bakteri dan mikroorganisme lain untuk mengurangi resiko mereka sebagai pembawa dan tempat tumbuhnya bakteri yang dapat menyebar ke astronot lain dan juga peralatan yang ada," tambah Collins.

Sumber :
UT, PS, Adi Saputro / www.astronomi.us

Bakteri Bisa Tumbuh Lebih Besar dan Ganas di Luar Angkasa

Anton chang   at  21.22  No comments

Berdasarkan penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh para ilmuwan, didapatkan fakta bahwa bakteri ternyata bisa tumbuh dan berkembang menjadi lebih besar dan ganas di tempat dengan gaya gravitasi mikro seperti di luar angkasa.

Pada misi Atlantis terdahulu, dilakukan sejumlah percobaan dengan membuat media koloni hidupnya bakteri (biofilm) untuk kemudian dilihat perkembangannya. Ternyata bakteri tumbuh menjadi lebih besar dan lebih tebal. Hal itu tentu sangat membahayakan bila sampai masuk ke dalam tubuh manusia.


Media untuk penelitian bakteri yg dibawa pesawat ulang alik Atlantis.
Image credit: plosone

"Bakteri tumbuh selama penerbangan luar angkasa dan memiliki lebih banyak sel-sel hidup, memiliki biomassa yang lebih banyak, dan juga lebih tebal daripada bakteri yang ada pada kondisi gravitasi normal," ungkap juru bicara NASA dalam sebuah jumpa pers.

Jenis bakteri yang diamati adalah Pseudomonas aeruginosa yang tumbuh cepat selama tiga hari dalam sebuah media urin buatan. Menurut NASA media urin buatan sangat cocok sebagai tempat koloni bakteri terbentuk, baik di dalam atau di luar tubuh manusia dan mengingat itu juga termasuk limbang di pesawat ulang allik, maka media urin buatan dipilih untuk mengatahui sejauh mana efeknya terhadap kesehatan astronot.


Sampel bakteri Pseudomonas aeruginosa. Image credit: google



Hasil penelitian. Image credit: plosone



Hasil penelitian. Image credit: plosone

Setiap media tempat tumbuh bakteri diberi membran selulosa dimana bakteri bisa tumbuh di sana. Metode yang sama juga telah diterapkan pada penelitian di Bumi.

"Ini masih dalam tahap awal penelitian dan memerlukan penelitian lebih lanjut lagi untuk mengetahui bagaimana gaya gravitasi mikro mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau mikroorganisme lain," ungkap Cynthia Collins dari Rensselaer Polytechnic Institute.

"Sebelum kita mengirim astronot ke luar angkasa, kita harus meyakinkan dulu bahwa mereka telah disterilisasi dari bakteri dan mikroorganisme lain untuk mengurangi resiko mereka sebagai pembawa dan tempat tumbuhnya bakteri yang dapat menyebar ke astronot lain dan juga peralatan yang ada," tambah Collins.

Sumber :
UT, PS, Adi Saputro / www.astronomi.us
Continue Reading→

Sabtu, 31 Agustus 2013

Khayalan masyarakat kuno bahwa manusia berasal dari mars, kini mendapat dukungan ilmuwan. Hipotesa ini terkait dengan riset terbaru tentang Mars yang sebenarnya merupakan planet yang lebih baik bagi mahluk biologis miliaran tahun silam dibandingkan Bumi saat itu.

Setidaknya, demikianlah teori Prof Steven Benner pada Goldschmidt Meeting di Florence, Italia. Kondisi ini dibuktikan dalam pembentukan molekul kehidupan pertama di mana lingkungan yang lebih kering di Mars merupakan faktor penting bagi terciptanya kehidupan.
 

"Kondisi Mars lebih mendukung kehidupan pada miliaran tahun silam," ujar Prof Benner.

Para ilmuwan sejak lama berusaha mengetahui bagaimana atom bisa membuat tiga komponen molekul penting pertama yang dibutuhkan organisme hidup, yaitu RNA, DNA dan protein. Molekul yang membentuk materi genetik jauh lebih kompleks dibandingkan dengan kimia (karbon) organik "pra-biotik" primordial yang diduga muncul di Bumi lebih dari tiga miliar tahun lalu.

Sedangkan RNA (ribonucleic acid) adalah yang pertama terbentuk. Namun menurut Prof Benner, RNA membutuhkan mineral tertentu yang tidak ada di Bumi tapi banyak terdapat di Mars.

Hal itu bisa mengindikasikan bahwa kehidupan berawal di Planet Merah sebelum pindah ke bumi melalui meteorit. Gagasan tersebut sebelumnya pernah dicetuskan ilmuwan lain, tetapi mereka tidak bisa memberikan bukti. Sedangkan ide Prof Benner telah memberikan aspek baru pada teori bahwa manusia sesungguhnya merupakan makhluk Mars.

 "Mars jauh lebih kering dari Bumi dan lebih teroksidasi. Semakin banyak bukti bahwa kita semua adalah mahluk Mars," sambung guru besar dari Westheimer Institute of Science and Technology di Gainesville, AS itu.

Lingkungan yang lebih kering di Mars merupakan faktor penting bagi terciptanya kehidupan. "Mars jauh lebih kering dari Bumi dan lebih teroksidasi. Semakin banyak bukti bahwa kita semua adalah mahluk Mars; bahwa kehidupan dimulai dari Mars dan datang ke Bumi melalui batu," tegasnya.

"Kita sangat beruntung karena bisa berakhir di sini, jika nenek moyang hipotetis kita tetap tinggal di Mars, mungkin tidak akan pernah ada cerita untuk dikisahkan," pungkasnya.

Bagaimana menurut Anda?














 


















































Sumber:
jpnn.

Kehidupan di Bumi Berasal Dari Mars?

Anton chang   at  19.30  No comments

Khayalan masyarakat kuno bahwa manusia berasal dari mars, kini mendapat dukungan ilmuwan. Hipotesa ini terkait dengan riset terbaru tentang Mars yang sebenarnya merupakan planet yang lebih baik bagi mahluk biologis miliaran tahun silam dibandingkan Bumi saat itu.

Setidaknya, demikianlah teori Prof Steven Benner pada Goldschmidt Meeting di Florence, Italia. Kondisi ini dibuktikan dalam pembentukan molekul kehidupan pertama di mana lingkungan yang lebih kering di Mars merupakan faktor penting bagi terciptanya kehidupan.
 

"Kondisi Mars lebih mendukung kehidupan pada miliaran tahun silam," ujar Prof Benner.

Para ilmuwan sejak lama berusaha mengetahui bagaimana atom bisa membuat tiga komponen molekul penting pertama yang dibutuhkan organisme hidup, yaitu RNA, DNA dan protein. Molekul yang membentuk materi genetik jauh lebih kompleks dibandingkan dengan kimia (karbon) organik "pra-biotik" primordial yang diduga muncul di Bumi lebih dari tiga miliar tahun lalu.

Sedangkan RNA (ribonucleic acid) adalah yang pertama terbentuk. Namun menurut Prof Benner, RNA membutuhkan mineral tertentu yang tidak ada di Bumi tapi banyak terdapat di Mars.

Hal itu bisa mengindikasikan bahwa kehidupan berawal di Planet Merah sebelum pindah ke bumi melalui meteorit. Gagasan tersebut sebelumnya pernah dicetuskan ilmuwan lain, tetapi mereka tidak bisa memberikan bukti. Sedangkan ide Prof Benner telah memberikan aspek baru pada teori bahwa manusia sesungguhnya merupakan makhluk Mars.

 "Mars jauh lebih kering dari Bumi dan lebih teroksidasi. Semakin banyak bukti bahwa kita semua adalah mahluk Mars," sambung guru besar dari Westheimer Institute of Science and Technology di Gainesville, AS itu.

Lingkungan yang lebih kering di Mars merupakan faktor penting bagi terciptanya kehidupan. "Mars jauh lebih kering dari Bumi dan lebih teroksidasi. Semakin banyak bukti bahwa kita semua adalah mahluk Mars; bahwa kehidupan dimulai dari Mars dan datang ke Bumi melalui batu," tegasnya.

"Kita sangat beruntung karena bisa berakhir di sini, jika nenek moyang hipotetis kita tetap tinggal di Mars, mungkin tidak akan pernah ada cerita untuk dikisahkan," pungkasnya.

Bagaimana menurut Anda?














 


















































Sumber:
jpnn.
Continue Reading→

Rabu, 28 Agustus 2013

Ingat serial TV atau film Star Trek? Dalam salah satu sinema fiksi ilmiah terbaik itu, Spock, salah satu tokohnya, mendemonstrasikan mind meld atau peleburan pikiran. Lewat peleburan pikiran, Spock berbagi pemikiran, pengalaman, dan ingatan, tanpa kontak.

Selama bertahun-tahun, manusia menganggap bahwa peleburan pikiran tersebut hanya fantasi belaka. Namun, riset terbaru oleh peneliti dari University of Washington menunjukkan bahwa peleburan pikiran tersebut bisa menjadi kenyataan.
 

Dua peneliti asal University of Washington, Rajesh Rao dan Andrea Stocco, mendemonstrasikan peleburan pikiran antar-manusia untuk pertama kali. Sebelumnya, peleburan pikiran pernah didemonstrasikan antar-tikus serta antara manusia dan tikus.

Dalam eksperimen yang dilakukan pada 12 Agustus 2013 lalu, Rao berhasil mengendalikan pikiran Stocco, tanpa kontak apa pun, tanpa bahasa apa pun, dan dari jarak jauh. Rao berhasil membuat Stocco menjalankan perintah yang tidak terkatakan, tetapi hanya ada di pikiran.

Untuk melakukannya, dua peneliti menggunakan beberapa perangkat, yakni electroenchepalograph (EEG) yang biasa digunakan kalangan kedokteran untuk merekam aktivitas otak, komputer, transcranial magnetic stimulation (TMS) untuk memicu gerakan motorik berdasarkan sinyal yang diterima, serta koneksi internet.

Rao melihat layar komputer dan memainkan video game dalam pikirannya. Di tengah permainan, ia berpikir bahwa ia sedang menembakkan meriam. Ia membayangkan bahwa ia menggerakkan tangan kanannya untuk mengarahkan kursor komputer ke tombol "fire".
 

Pikiran Rao ini direkam oleh perangkat EEG dan akhirnya diubah oleh komputer. Dengan bantuan koneksi internet, pikiran atau pesan Rao dikirim ke komputer Stocco. Pesan itu lalu diterima perangkat TMS yang dikenakan oleh Stocco.

Segera setelah pesan diterima, Stocco menggerakkan tangan kanannya secara tak sadar, seolah-olah menekan tombol "fire" untuk menembakkan meriam. Gerakan tangan tak sadar Stocco menunjukkan bahwa pengendalian pikiran yang dilakukan Stocco dan Rao berhasil.

Berkomentar tentang keberhasilannya, Rao seperti dikutip Reuters, Selasa (27/8/2013), mengatakan, "Sangat mengagumkan sekaligus ngeri, membayangkan aksi yang ada di pikiran saya diterjemahkan menjadi aksi nyata oleh otak orang lain."

Keberhasilan ini punya beberapa manfaat yang bisa dibayangkan. Misalnya, di masa depan, teknologi ini bisa membantu orang yang mengalami paralisis. Namun, jangan dibayangkan bahwa dengan teknologi ini seseorang bisa mengendalikan pikiran orang lain seenaknya.












 




























Sumber:
kompas

Mind Meld - Mesin Pengendali Pikiran yang Jadi Kenyataan

Anton chang   at  22.55  No comments

Ingat serial TV atau film Star Trek? Dalam salah satu sinema fiksi ilmiah terbaik itu, Spock, salah satu tokohnya, mendemonstrasikan mind meld atau peleburan pikiran. Lewat peleburan pikiran, Spock berbagi pemikiran, pengalaman, dan ingatan, tanpa kontak.

Selama bertahun-tahun, manusia menganggap bahwa peleburan pikiran tersebut hanya fantasi belaka. Namun, riset terbaru oleh peneliti dari University of Washington menunjukkan bahwa peleburan pikiran tersebut bisa menjadi kenyataan.
 

Dua peneliti asal University of Washington, Rajesh Rao dan Andrea Stocco, mendemonstrasikan peleburan pikiran antar-manusia untuk pertama kali. Sebelumnya, peleburan pikiran pernah didemonstrasikan antar-tikus serta antara manusia dan tikus.

Dalam eksperimen yang dilakukan pada 12 Agustus 2013 lalu, Rao berhasil mengendalikan pikiran Stocco, tanpa kontak apa pun, tanpa bahasa apa pun, dan dari jarak jauh. Rao berhasil membuat Stocco menjalankan perintah yang tidak terkatakan, tetapi hanya ada di pikiran.

Untuk melakukannya, dua peneliti menggunakan beberapa perangkat, yakni electroenchepalograph (EEG) yang biasa digunakan kalangan kedokteran untuk merekam aktivitas otak, komputer, transcranial magnetic stimulation (TMS) untuk memicu gerakan motorik berdasarkan sinyal yang diterima, serta koneksi internet.

Rao melihat layar komputer dan memainkan video game dalam pikirannya. Di tengah permainan, ia berpikir bahwa ia sedang menembakkan meriam. Ia membayangkan bahwa ia menggerakkan tangan kanannya untuk mengarahkan kursor komputer ke tombol "fire".
 

Pikiran Rao ini direkam oleh perangkat EEG dan akhirnya diubah oleh komputer. Dengan bantuan koneksi internet, pikiran atau pesan Rao dikirim ke komputer Stocco. Pesan itu lalu diterima perangkat TMS yang dikenakan oleh Stocco.

Segera setelah pesan diterima, Stocco menggerakkan tangan kanannya secara tak sadar, seolah-olah menekan tombol "fire" untuk menembakkan meriam. Gerakan tangan tak sadar Stocco menunjukkan bahwa pengendalian pikiran yang dilakukan Stocco dan Rao berhasil.

Berkomentar tentang keberhasilannya, Rao seperti dikutip Reuters, Selasa (27/8/2013), mengatakan, "Sangat mengagumkan sekaligus ngeri, membayangkan aksi yang ada di pikiran saya diterjemahkan menjadi aksi nyata oleh otak orang lain."

Keberhasilan ini punya beberapa manfaat yang bisa dibayangkan. Misalnya, di masa depan, teknologi ini bisa membantu orang yang mengalami paralisis. Namun, jangan dibayangkan bahwa dengan teknologi ini seseorang bisa mengendalikan pikiran orang lain seenaknya.












 




























Sumber:
kompas
Continue Reading→

Jumat, 23 Agustus 2013

Tahukah Anda, satu gram DNA dapat menyimpan file hingga mencapai 2,2 juta gigabit data informasi atau berkisar 468 ribu DVD, yang mampu bertahan hingga lebih dari enam ratus tahun tanpa penulisan ulang.

Banyak ilmuwan biologi molekul sedang membicarakan tentang teknologi penyimpanan DNA. Dan memang teknologi ini masih asing bagi kita, tapi sebenarnya tidak jika kita mengerti bagaimana kapasitas penyimpanan pada tubuh manusia.


nist.gov

Bayangkan saja, sejak kita dilahirkan terus merekan dan mempelajari segala hal. Dimana semua itu tersimpan? Puluhan tahun kita hidup didunia tetap terus merekam, dan itu membutuhkan ruang penyimpanan yang cukup besar, jauh lebih besar dari teknologi yang ada saat ini.

Para peneliti dari Inggris telah mengkodekan DNA dan menerjemahkan materi genetik untuk merekonstruksi informasi tertulis, baik berupa suara maupun visual. Pada tahun lalu, peneliti bioengineers Sriram Kosuri dan George Church dari Harvard Medical School menyatakan bahwa mereka telah menyimpan salinan salah satu kitab Gereja yang tersimpan di DNA, dengan kepadatan sekitar 700 terabit per gram, lebih dari enam kali lipat lebih padat daripada penyimpanan data pada hard disk komputer.

Saat ini penelitian yang dipimpin para ahli biologi molekuler, diantaranya Nick Goldman dan Ewan Birney dari European Bioinformatics Institute (EBI) berpusat di Hinxton-Inggris, penelitian mereka dirilis pada jurnal Nature, menyatakan bahwa mereka telah meningkatkan skema pengkodean DNA untuk meningkatkan kepadatan penyimpanan hingga 2,2 petabyte per gram, tiga kali lipat dari temuan sebelumnya.

Tim pertama pertama kali menerjemahkan kata-kata tertulis atau data lain ke dalam kode biner standar (0s dan 1s) dan kemudian mengkonversikannya kedalam kode trinary. Langkah berikutnya menulis ulang data string menjadi kimia DNA, seperti Gs, Cs, dan Ts. Kepadatan penyimpanan satu gram DNA mencapai 2,2 juta gigabit data informasi, atau berkisar 468 ribu DVD. Para peneliti juga menambahkan skema pengkoreksian kesalahan, beberapa kali melakukan pengkodean informasi, untuk memastikan bahwa hal itu bisa dibaca kembali dengan tingkat akurasi 100 persen.

Penjelasan diatas sama seperti yang dilakukan pada tubuh kita, setiap detik terus menulis tanpa henti, dan bisa terbaca kembali. Selain menunjukkan kemampuan penyimpanan informasi pada DNA, Goldman, Birney, dan rekannya juga meninjau kapan teknologi ini layak digunakan. Sementara Large Hadron Collider, telah menghasilkan 15 petabyte data setiap tahun, jadi kebutuhan untuk penyimpanan arsip besar saat ini berkembang pesat.

foxnews.com

Saat ini lembaga usaha dan institusi arsip data menyimpan data mereka pada pita magnetik, dan untuk menjaga data yang aman selama beberapa dekade memerlukan penulisan ulang secara berkala (pastinya ada penambahan biaya perawatan).

Sementara DNA bisa sangat stabil hingga ribuan tahun jika disimpan di tempat yang sejuk dan kering. Biaya sintesis DNA sesuai dengan menulis kode dan membaca kode bisa terselesaikan dengan cepat, data sangat memungkinkan untuk diarsipkan dalam waktu 600 tahun atau lebih.

Tetapi biaya sintesis DNA menjadi bagian paling mahal hingga 100 kali lipat, dan mungkin akan mengalami penurunan sekitar 50 tahun. Biaya bukan menjadi penghalang, ketika data dituliskan ke dalam DNA maka pengguna tidak dapat mengubah atau menulis ulang, tidak seperti teknologi penyimpanan data yang ada saat ini. 

Pengguna tidak bisa mengakses setiap bagian informasi tertentu, melainkan harus mengikuti urutan penulisan yang telah diarsipkan dalam DNA. Sebagai contoh penulisan data 1,2,3,4 dan 5, pengguna harus membaca urutan dan tidak bisa melompati salah satunya.

Dari penjabaran di atas, bisa jadi orang yang punya kemampuan 'membaca' pikiran Anda hanya dengan menyentuh tangan misalnya, sebenarnya dia cuma membaca record yang pernah kita simpan sejak lahir.


















































Sumber:
cutpen.

Wow, Satu Gram DNA Menyimpan Data 2,2 juta GB

Anton chang   at  01.07  No comments

Tahukah Anda, satu gram DNA dapat menyimpan file hingga mencapai 2,2 juta gigabit data informasi atau berkisar 468 ribu DVD, yang mampu bertahan hingga lebih dari enam ratus tahun tanpa penulisan ulang.

Banyak ilmuwan biologi molekul sedang membicarakan tentang teknologi penyimpanan DNA. Dan memang teknologi ini masih asing bagi kita, tapi sebenarnya tidak jika kita mengerti bagaimana kapasitas penyimpanan pada tubuh manusia.


nist.gov

Bayangkan saja, sejak kita dilahirkan terus merekan dan mempelajari segala hal. Dimana semua itu tersimpan? Puluhan tahun kita hidup didunia tetap terus merekam, dan itu membutuhkan ruang penyimpanan yang cukup besar, jauh lebih besar dari teknologi yang ada saat ini.

Para peneliti dari Inggris telah mengkodekan DNA dan menerjemahkan materi genetik untuk merekonstruksi informasi tertulis, baik berupa suara maupun visual. Pada tahun lalu, peneliti bioengineers Sriram Kosuri dan George Church dari Harvard Medical School menyatakan bahwa mereka telah menyimpan salinan salah satu kitab Gereja yang tersimpan di DNA, dengan kepadatan sekitar 700 terabit per gram, lebih dari enam kali lipat lebih padat daripada penyimpanan data pada hard disk komputer.

Saat ini penelitian yang dipimpin para ahli biologi molekuler, diantaranya Nick Goldman dan Ewan Birney dari European Bioinformatics Institute (EBI) berpusat di Hinxton-Inggris, penelitian mereka dirilis pada jurnal Nature, menyatakan bahwa mereka telah meningkatkan skema pengkodean DNA untuk meningkatkan kepadatan penyimpanan hingga 2,2 petabyte per gram, tiga kali lipat dari temuan sebelumnya.

Tim pertama pertama kali menerjemahkan kata-kata tertulis atau data lain ke dalam kode biner standar (0s dan 1s) dan kemudian mengkonversikannya kedalam kode trinary. Langkah berikutnya menulis ulang data string menjadi kimia DNA, seperti Gs, Cs, dan Ts. Kepadatan penyimpanan satu gram DNA mencapai 2,2 juta gigabit data informasi, atau berkisar 468 ribu DVD. Para peneliti juga menambahkan skema pengkoreksian kesalahan, beberapa kali melakukan pengkodean informasi, untuk memastikan bahwa hal itu bisa dibaca kembali dengan tingkat akurasi 100 persen.

Penjelasan diatas sama seperti yang dilakukan pada tubuh kita, setiap detik terus menulis tanpa henti, dan bisa terbaca kembali. Selain menunjukkan kemampuan penyimpanan informasi pada DNA, Goldman, Birney, dan rekannya juga meninjau kapan teknologi ini layak digunakan. Sementara Large Hadron Collider, telah menghasilkan 15 petabyte data setiap tahun, jadi kebutuhan untuk penyimpanan arsip besar saat ini berkembang pesat.

foxnews.com

Saat ini lembaga usaha dan institusi arsip data menyimpan data mereka pada pita magnetik, dan untuk menjaga data yang aman selama beberapa dekade memerlukan penulisan ulang secara berkala (pastinya ada penambahan biaya perawatan).

Sementara DNA bisa sangat stabil hingga ribuan tahun jika disimpan di tempat yang sejuk dan kering. Biaya sintesis DNA sesuai dengan menulis kode dan membaca kode bisa terselesaikan dengan cepat, data sangat memungkinkan untuk diarsipkan dalam waktu 600 tahun atau lebih.

Tetapi biaya sintesis DNA menjadi bagian paling mahal hingga 100 kali lipat, dan mungkin akan mengalami penurunan sekitar 50 tahun. Biaya bukan menjadi penghalang, ketika data dituliskan ke dalam DNA maka pengguna tidak dapat mengubah atau menulis ulang, tidak seperti teknologi penyimpanan data yang ada saat ini. 

Pengguna tidak bisa mengakses setiap bagian informasi tertentu, melainkan harus mengikuti urutan penulisan yang telah diarsipkan dalam DNA. Sebagai contoh penulisan data 1,2,3,4 dan 5, pengguna harus membaca urutan dan tidak bisa melompati salah satunya.

Dari penjabaran di atas, bisa jadi orang yang punya kemampuan 'membaca' pikiran Anda hanya dengan menyentuh tangan misalnya, sebenarnya dia cuma membaca record yang pernah kita simpan sejak lahir.


















































Sumber:
cutpen.
Continue Reading→

Minggu, 18 Agustus 2013

Saat menjelang kematian - bahkan mati suri, banyak orang melaporkan seperti melihat cahaya terang. Pengalaman ini menimbulkan pertanyaan di benak ilmuwan, apa penyebabnya?

Dalam studi terbaru, seperti diberitakan BBC, Selasa (13/8/2013), ilmuwan mengungkapkan bahwa cahaya terang yang dilihat saat mendekati kematian (disebut NDE: Near Death Experience) mungkin saja dipicu oleh lonjakan aktivitas elektrik pada zona otak yang bertanggung jawab untuk penglihatan.

 
livescience.com
 
 
"Banyak orang mengira otak tidak aktif atau ada dalam aktivitas rendah (hipoaktif) setelah seseorang dinyatakan meninggal secara medis. Kami menunjukkan jika bukan hal tersebut yang terjadi," ujar Dr Jimo Borjigin dari University of Michigan yang menjadi penulis utama studi ini.

"Justru, maka otak menjadi lebih aktif saat menjelang kematian daripada ketika seseorang masih hidup," tambah Borjigin  yang memublikasikan hasil penelitiannya di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.



Metode Penelitian
Borjigin dan rekannya memonitor aktivitas otak sembilan ekor tikus yang sekarat. Tiga puluh detik setelah jantung berhenti berdetak, gelombang otak frekuensi tinggi yang disebut osilasi gamma ternyata melonjak.

Gelombang tersebut adalah salah satu dari fitur saraf yang diduga mendukung dengan kesadaran pada manusia, terutama saat berperan menggabungkan informasi dari bagian otak yang berbeda. Pada tikus, aktivitas otak ini justru lebih tinggi sesaat setelah jantung berhenti daripada saat sadar.
 
 
consciouslifenews.com
 
Menurut Borjigin, hal yang sama mungkin juga terjadi pada manusia. Peningkatan aktivitas otak dan kesadaran bisa memicu penglihatan-penglihatan saat menjelang kematian atau ketika mengalami mati suri.

"Ini dapat memberikan kerangka untuk membantu menjelaskan (pengalaman melihat cahaya saat mendekati kematian). Fakta bahwa seseorang melihat cahaya sebelum meninggal mengindikasikan bahwa korteks visual dalam otak memiliki aktivitas yang tinggi," kata Borjigin.



Perayaan terakhir
Menanggapi hasil riset ini, Jason Braithwaite dari University of Birmingham berpendapat bahwa fenomena ini semacam "perayaan terakhir" yang dilakukan oleh otak. Temuan ini mendemonstrasikan pendapat yang diyakini sejak lama, yakni dalam kondisi tak biasa, aktivitas otak bisa melonjak.

Dr Chris Chambers dari Cardiff University menyatakan, masih sangat sedikit yang diketahui tentang kematian pada manusia. Temuan menarik ini dapat membuka pintu untuk studi lebih jauh pada manusia sendiri.

"Namun kita juga harus sangat berhati-hati sebelum menarik kesimpulan tentang pengalaman mendekati kematian pada manusia. Perlu dilakukan pengukuran aktivitas otak pada tikus selama proses jantungnya berhenti berdetak untuk mengetahui hubungan dengan pengalaman pada manusia," tambahnya.





















 
 
 
 
 
 
Sumber:
kompas

Alasan Ilmiah Manusia Melihat Cahaya Menjelang Ajal

Anton chang   at  19.00  No comments

Saat menjelang kematian - bahkan mati suri, banyak orang melaporkan seperti melihat cahaya terang. Pengalaman ini menimbulkan pertanyaan di benak ilmuwan, apa penyebabnya?

Dalam studi terbaru, seperti diberitakan BBC, Selasa (13/8/2013), ilmuwan mengungkapkan bahwa cahaya terang yang dilihat saat mendekati kematian (disebut NDE: Near Death Experience) mungkin saja dipicu oleh lonjakan aktivitas elektrik pada zona otak yang bertanggung jawab untuk penglihatan.

 
livescience.com
 
 
"Banyak orang mengira otak tidak aktif atau ada dalam aktivitas rendah (hipoaktif) setelah seseorang dinyatakan meninggal secara medis. Kami menunjukkan jika bukan hal tersebut yang terjadi," ujar Dr Jimo Borjigin dari University of Michigan yang menjadi penulis utama studi ini.

"Justru, maka otak menjadi lebih aktif saat menjelang kematian daripada ketika seseorang masih hidup," tambah Borjigin  yang memublikasikan hasil penelitiannya di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.



Metode Penelitian
Borjigin dan rekannya memonitor aktivitas otak sembilan ekor tikus yang sekarat. Tiga puluh detik setelah jantung berhenti berdetak, gelombang otak frekuensi tinggi yang disebut osilasi gamma ternyata melonjak.

Gelombang tersebut adalah salah satu dari fitur saraf yang diduga mendukung dengan kesadaran pada manusia, terutama saat berperan menggabungkan informasi dari bagian otak yang berbeda. Pada tikus, aktivitas otak ini justru lebih tinggi sesaat setelah jantung berhenti daripada saat sadar.
 
 
consciouslifenews.com
 
Menurut Borjigin, hal yang sama mungkin juga terjadi pada manusia. Peningkatan aktivitas otak dan kesadaran bisa memicu penglihatan-penglihatan saat menjelang kematian atau ketika mengalami mati suri.

"Ini dapat memberikan kerangka untuk membantu menjelaskan (pengalaman melihat cahaya saat mendekati kematian). Fakta bahwa seseorang melihat cahaya sebelum meninggal mengindikasikan bahwa korteks visual dalam otak memiliki aktivitas yang tinggi," kata Borjigin.



Perayaan terakhir
Menanggapi hasil riset ini, Jason Braithwaite dari University of Birmingham berpendapat bahwa fenomena ini semacam "perayaan terakhir" yang dilakukan oleh otak. Temuan ini mendemonstrasikan pendapat yang diyakini sejak lama, yakni dalam kondisi tak biasa, aktivitas otak bisa melonjak.

Dr Chris Chambers dari Cardiff University menyatakan, masih sangat sedikit yang diketahui tentang kematian pada manusia. Temuan menarik ini dapat membuka pintu untuk studi lebih jauh pada manusia sendiri.

"Namun kita juga harus sangat berhati-hati sebelum menarik kesimpulan tentang pengalaman mendekati kematian pada manusia. Perlu dilakukan pengukuran aktivitas otak pada tikus selama proses jantungnya berhenti berdetak untuk mengetahui hubungan dengan pengalaman pada manusia," tambahnya.





















 
 
 
 
 
 
Sumber:
kompas

Continue Reading→

Discussion

.