Tampilkan postingan dengan label astronomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label astronomi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 Oktober 2013

Beberapa waktu lalu astronom sempat dikejutkan penampakan seperti hantu yang terlihat dari Teleskop Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA). Penuh penasaran, mereka mempelajari sosok hantu tersebut.

Kini akhirnya ketahuan juga sumbernya. Ternyata hantu tersebut hanyalah Nebula, atau awan antarbintang yang terdiri dari debu, gas, dan plasma.

 


Nebula ini dinamakan Nebula Boomerang, yang terkenal sebagai obyek terdingin di alam semesta. Suhunya mencapai minus 458 derajat Fahrenheit. Menarik, karena sangat dingin maka ujudnya bisa berubah-ubah seperti keterangan Raghvendra Sahai, peneliti utama di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California, AS, "Obyek yang amat dingin itu sangat menarik untuk dipelajari, karena bentuknya dapat berubah-ubah. Dari berbentuk mirip hantu, kupu-kupu, dan lainnya."

Nebula Boomerang pertama kali terlihat pada tahun 2003 dengan teleskop Hubble. Ketika itu bentuknya seperti jam pasir. Tapi, belakangan objek itu terlihat oleh telekop ALMA lebih mirip seperti hantu.

"Di dalam nebula itu terdapat bintang kerdil putih yang memancarkan radiasi ultraviolet yang kuat, sehingga menyebabkan gas di nebula memancarkan cahaya yang terang. Selain itu, suhu dingin di dalam nebula juga menyebabkan bentuk awannya terus beruhab-ubah," jelas Sahai.

Tim astronom juga menemukan posisi Nebula Boomerang terletak pada konstelasi Centaurus yang jaraknya 5.000 tahun cahaya dari Bumi.

Saat ini, tim astronom sedang meneliti lebih lanjut dengan keberadaan nebula-nebula lain di ruang angkasa dengan menggunakan teleskop Alma. Sebab, beberapa kali teleskop ALMA mendapati perubahan bentuk dari bintang mati menjadi sebuah nebula.

"Kami cukup beruntung sudah memiliki teleskop ALMA yang merupakan teleskop paling canggih di dunia. Teleskop ini mampu mengamati terbentuknya alam semesta, seperti melihat bagaimana bintang dan planet tercipta," pungkas Sahai.










 











Sumber:
viva


Identitas Hantu Luar Angkasa Sudah Ketahuan

Anton chang   at  19.00  No comments

Beberapa waktu lalu astronom sempat dikejutkan penampakan seperti hantu yang terlihat dari Teleskop Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA). Penuh penasaran, mereka mempelajari sosok hantu tersebut.

Kini akhirnya ketahuan juga sumbernya. Ternyata hantu tersebut hanyalah Nebula, atau awan antarbintang yang terdiri dari debu, gas, dan plasma.

 


Nebula ini dinamakan Nebula Boomerang, yang terkenal sebagai obyek terdingin di alam semesta. Suhunya mencapai minus 458 derajat Fahrenheit. Menarik, karena sangat dingin maka ujudnya bisa berubah-ubah seperti keterangan Raghvendra Sahai, peneliti utama di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California, AS, "Obyek yang amat dingin itu sangat menarik untuk dipelajari, karena bentuknya dapat berubah-ubah. Dari berbentuk mirip hantu, kupu-kupu, dan lainnya."

Nebula Boomerang pertama kali terlihat pada tahun 2003 dengan teleskop Hubble. Ketika itu bentuknya seperti jam pasir. Tapi, belakangan objek itu terlihat oleh telekop ALMA lebih mirip seperti hantu.

"Di dalam nebula itu terdapat bintang kerdil putih yang memancarkan radiasi ultraviolet yang kuat, sehingga menyebabkan gas di nebula memancarkan cahaya yang terang. Selain itu, suhu dingin di dalam nebula juga menyebabkan bentuk awannya terus beruhab-ubah," jelas Sahai.

Tim astronom juga menemukan posisi Nebula Boomerang terletak pada konstelasi Centaurus yang jaraknya 5.000 tahun cahaya dari Bumi.

Saat ini, tim astronom sedang meneliti lebih lanjut dengan keberadaan nebula-nebula lain di ruang angkasa dengan menggunakan teleskop Alma. Sebab, beberapa kali teleskop ALMA mendapati perubahan bentuk dari bintang mati menjadi sebuah nebula.

"Kami cukup beruntung sudah memiliki teleskop ALMA yang merupakan teleskop paling canggih di dunia. Teleskop ini mampu mengamati terbentuknya alam semesta, seperti melihat bagaimana bintang dan planet tercipta," pungkas Sahai.










 











Sumber:
viva


Continue Reading→

Rabu, 23 Oktober 2013

Secara kebetulan teleskop Hubble berhasil menangkap sebuah obyek yang disebut J1000+0221 yang merupakan sebuah lensa gravitasi dari sebuah galaksi yang terletak 9 miliar tahun cahaya dari Bumi.

Foto yang diambil oleh teleskop Hubble tersebut sebenarnya foto dari dua buah galaksi. Galaksi yang letaknya lebih dekat adalah galaksi yang menciptakan efek lensa (seperti kaca pembesar) yang memperjelas tampilan dari galaksi yang berada sejalan dengannya namun lebih jauh lagi jaraknya.


Obyek yang disebut J1000+0221 yang sebenarnya merupakan sebuah galaksi
dengan gravitasi super besar. Image credit: NASA/ESA/A. van der Wel


Ilmuwan NASA menyebut fenomena ini sebagai lensa gravitasi dan pertama kalinya fenomena ini diteorikan oleh fisikawan terkenal dunia, Albert Einstein.

"Penemuan ini benar-benar secara kebetulan," ungkap Arjen van der Wel dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman.

Tingkat keselarasan obyek J1000+0221 dengan galaksi dibelakangnya sangat sempurna sehingga bisa terbentuk "cincin" di sekitar obyek. Ilmuwan mengatakan bahwa hal ini sangatlah jarang dan mereka merasa begitu beruntung melihat fenomena ini.

Lebih jauh ilmuwan mengungkapkan bahwa galaksi yang ada di belakang obyek J1000+0221 diperbesar 22 kali lipat oleh lensa gravitasi tersebut. Berikut adalah prinsip kerja bagaimana fenomena itu ada dan diamati oleh teleskop Hubble.


Prinsip kerja dari pengamatan obyek J1000+0221.
Image credit: ALMA (ESO/NRAO/NAOJ), L. Cal�ada (ESO), Y. Hezaveh


Diperkirakan galaksi lensa memiliki tingkat pembentukkan bintang yang sangat banyak sehingga mampu menciptakan gravitasi yang mampu berfungsi seperti kaca pembesar.

"Ini adalah penemuan yang aneh dan menarik, dan itu benar-benar kebetulan. Ini akan menjadi bab baru dalam pengertian kita tentang evolusi galaksi di alam semesta pada masa lalu," tambah Arjen van der Wel.


Sumber :
astronomi.us

Ditemukan Galaksi yang Bisa Berfungsi Sebagai Kaca Pembesar Super Raksasa

Anton chang   at  05.00  No comments

Secara kebetulan teleskop Hubble berhasil menangkap sebuah obyek yang disebut J1000+0221 yang merupakan sebuah lensa gravitasi dari sebuah galaksi yang terletak 9 miliar tahun cahaya dari Bumi.

Foto yang diambil oleh teleskop Hubble tersebut sebenarnya foto dari dua buah galaksi. Galaksi yang letaknya lebih dekat adalah galaksi yang menciptakan efek lensa (seperti kaca pembesar) yang memperjelas tampilan dari galaksi yang berada sejalan dengannya namun lebih jauh lagi jaraknya.


Obyek yang disebut J1000+0221 yang sebenarnya merupakan sebuah galaksi
dengan gravitasi super besar. Image credit: NASA/ESA/A. van der Wel


Ilmuwan NASA menyebut fenomena ini sebagai lensa gravitasi dan pertama kalinya fenomena ini diteorikan oleh fisikawan terkenal dunia, Albert Einstein.

"Penemuan ini benar-benar secara kebetulan," ungkap Arjen van der Wel dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman.

Tingkat keselarasan obyek J1000+0221 dengan galaksi dibelakangnya sangat sempurna sehingga bisa terbentuk "cincin" di sekitar obyek. Ilmuwan mengatakan bahwa hal ini sangatlah jarang dan mereka merasa begitu beruntung melihat fenomena ini.

Lebih jauh ilmuwan mengungkapkan bahwa galaksi yang ada di belakang obyek J1000+0221 diperbesar 22 kali lipat oleh lensa gravitasi tersebut. Berikut adalah prinsip kerja bagaimana fenomena itu ada dan diamati oleh teleskop Hubble.


Prinsip kerja dari pengamatan obyek J1000+0221.
Image credit: ALMA (ESO/NRAO/NAOJ), L. Cal�ada (ESO), Y. Hezaveh


Diperkirakan galaksi lensa memiliki tingkat pembentukkan bintang yang sangat banyak sehingga mampu menciptakan gravitasi yang mampu berfungsi seperti kaca pembesar.

"Ini adalah penemuan yang aneh dan menarik, dan itu benar-benar kebetulan. Ini akan menjadi bab baru dalam pengertian kita tentang evolusi galaksi di alam semesta pada masa lalu," tambah Arjen van der Wel.


Sumber :
astronomi.us
Continue Reading→

Jumat, 11 Oktober 2013

Bukti apocalypse (kiamat) dalam sistem planet ditemukan oleh astronom yang mempelajari bintang mati di luar angkasa. Sisa-sisa kehancuran dari asteroid mengandung air menunjukkan bahwa ratusan juta tahun lalu, kemungkinan terdapat planet yang bisa dihuni mirip Bumi.

Dilansir Theage, kehancuran sistem planet ditandakan dengan meledaknya bintang, kemudian bintang tersebut runtuh menjadi 'white dwarf'. Ilmuwan percaya, kehidupan asing di luar sana juga memiliki peradaban cerdas seperti kehidupan manusia saat ini.


Bintang white dwarf atau kerdil putih yang diteliti ini diberi kode nama GD 61. Bintang tersebut ditakdirkan untuk mengakhiri hidupnya terlebih dahulu dengan melakukan ekspansi ke Red Giant, kemudian menumpahkan lapisan luarnya  serta menjadi bara api yang menyala dengan diameter hanya beberapa ribu kilometer.

Matahari dalam kondisi 'sekarat' itu kabarnya akan memancarkan apa yang tersisa dari kemampuan mengeluarkan panasnya selama miliaran tahun. Kemudian, matahari atau bintang tersebut mati dengan suhu yang kian rendah atau dingin, disebut 'black dwarf' (kerdil hitam).

Astronom mempelajari cahaya yang dipancarkan oleh GD 61 yang terletak 150 tahun cahaya dari Bumi. Astronom juga menemukan elemen batuan seperti besi, silikon dan magnesium serta oksigen dalam kuantitas yang menunjukkan jumlah air yang sangat besar.

Peneliti mengungkapkan, hanya asteroid besar yang memiliki kandungan air yang dapat memberikan informasi seputar observasi yang dilakukan ilmuwan. Batu raksasa yang memiliki diameter 90 kilometer bisa ditarik oleh gravitasi kuat bintang kerdil putih tersebut dan hancur berkeping-keping.

"Temuan air dalam asteroid besar berarti menunjukkan blok bangunan planet layak huni itu ada, dan mungkin masih ada dalam sistem GD 61," tutur Jay Farihi, Institute of Astronomy at Cambridge University. Para astronom melakukan observasi menggunakan Hubble Space Telescope dan teleskop besar Keck di Hawaii.


Sumber :
okezone.com

Ilmuwan Temukan Bukti Kiamat dalam Sistem Planet

Anton chang   at  21.09  No comments

Bukti apocalypse (kiamat) dalam sistem planet ditemukan oleh astronom yang mempelajari bintang mati di luar angkasa. Sisa-sisa kehancuran dari asteroid mengandung air menunjukkan bahwa ratusan juta tahun lalu, kemungkinan terdapat planet yang bisa dihuni mirip Bumi.

Dilansir Theage, kehancuran sistem planet ditandakan dengan meledaknya bintang, kemudian bintang tersebut runtuh menjadi 'white dwarf'. Ilmuwan percaya, kehidupan asing di luar sana juga memiliki peradaban cerdas seperti kehidupan manusia saat ini.


Bintang white dwarf atau kerdil putih yang diteliti ini diberi kode nama GD 61. Bintang tersebut ditakdirkan untuk mengakhiri hidupnya terlebih dahulu dengan melakukan ekspansi ke Red Giant, kemudian menumpahkan lapisan luarnya  serta menjadi bara api yang menyala dengan diameter hanya beberapa ribu kilometer.

Matahari dalam kondisi 'sekarat' itu kabarnya akan memancarkan apa yang tersisa dari kemampuan mengeluarkan panasnya selama miliaran tahun. Kemudian, matahari atau bintang tersebut mati dengan suhu yang kian rendah atau dingin, disebut 'black dwarf' (kerdil hitam).

Astronom mempelajari cahaya yang dipancarkan oleh GD 61 yang terletak 150 tahun cahaya dari Bumi. Astronom juga menemukan elemen batuan seperti besi, silikon dan magnesium serta oksigen dalam kuantitas yang menunjukkan jumlah air yang sangat besar.

Peneliti mengungkapkan, hanya asteroid besar yang memiliki kandungan air yang dapat memberikan informasi seputar observasi yang dilakukan ilmuwan. Batu raksasa yang memiliki diameter 90 kilometer bisa ditarik oleh gravitasi kuat bintang kerdil putih tersebut dan hancur berkeping-keping.

"Temuan air dalam asteroid besar berarti menunjukkan blok bangunan planet layak huni itu ada, dan mungkin masih ada dalam sistem GD 61," tutur Jay Farihi, Institute of Astronomy at Cambridge University. Para astronom melakukan observasi menggunakan Hubble Space Telescope dan teleskop besar Keck di Hawaii.


Sumber :
okezone.com
Continue Reading→

Ilmuwan planet, Mona L. Delitsky dari California Specialty Engineering dan Kevin Baines dari University of Wisconsin-Madison, baru-baru ini menyimpulkan bahwa di atmosfer planet Jupiter dan Saturnus terdapat banyak sekali berlian.

Berlian itu merupakan hasil dari unsur karbon berupa grafit yang terbentuk dari badai petir yang pernah terjadi di planet tersebut.


Ilustrasi robot pengumpul berlian dalam buku Alien Seas. Image credit: Alien Seas

Tekanan dan suhu yang ekstrem khususnya di bagian bawah atmosfer, merubah berlian yang tadinya padat kemudian berubah wujud menjadi cair, sehingga di kedua planet itu bisa terjadi hujan berlian. Awalnya belian itu berwujud padat saat baru terbentuk dan jatuh dari bagian atas atmosfer dan semakin mendekati inti planet berlian itu pun mencair.

Sebelumnya para ilmuwan menduga bahwa berlian dalam bentuk padat mungkin ada dekat inti kedua planet itu. Namun kemudian mereka berpendapat bahwa hal itu tidak mungkin sebab planet Jupiter dan Saturnus dianggap terlalu panas yang dapat melelehkan berlian. Jadi kesimpulannya berlian berwujud padat ada di bagian atas atmosfer.

Ilmuwan planet Moda Delitsky dan Kevin Baines dalam buku mereka yang berjudul Alien Seas mereka menceritakan bahwa suatu saat nanti manusia akan membuat robot yang mampu mengumpulkan berlian dari Jupiter dan Saturnus untuk kemudian dibawa menuju ke Bumi.



Berlian. Image credit: rimanews

Secara ilmiah proses terbentuknya berlian di kedua planet itu masih belum diketahui secara detail. Tapi di Bumi berlian terbentuk secara alami ketika karbon terpendam jauh di dalam tanah sekitar 160 km kemudian tertekan oleh panas hingga 1.093 derajat Celcius dan mengalami tekanan 725.000 pound perinci persegi yang kemudian bersamaan dengan magma bergerak ke permukaan untuk kemudian mendingin dan terbentuklah berlian.

Ketika berlian sudah begitu melimpah di alam semesta kemungkinan harganya juga akan turun dan tidak akan terlalu berharga lagi.


Sumber :
astronomi.us

Siap-Siap Panen Berlian di Atmosfer Jupiter dan Saturnus

Anton chang   at  01.00  No comments

Ilmuwan planet, Mona L. Delitsky dari California Specialty Engineering dan Kevin Baines dari University of Wisconsin-Madison, baru-baru ini menyimpulkan bahwa di atmosfer planet Jupiter dan Saturnus terdapat banyak sekali berlian.

Berlian itu merupakan hasil dari unsur karbon berupa grafit yang terbentuk dari badai petir yang pernah terjadi di planet tersebut.


Ilustrasi robot pengumpul berlian dalam buku Alien Seas. Image credit: Alien Seas

Tekanan dan suhu yang ekstrem khususnya di bagian bawah atmosfer, merubah berlian yang tadinya padat kemudian berubah wujud menjadi cair, sehingga di kedua planet itu bisa terjadi hujan berlian. Awalnya belian itu berwujud padat saat baru terbentuk dan jatuh dari bagian atas atmosfer dan semakin mendekati inti planet berlian itu pun mencair.

Sebelumnya para ilmuwan menduga bahwa berlian dalam bentuk padat mungkin ada dekat inti kedua planet itu. Namun kemudian mereka berpendapat bahwa hal itu tidak mungkin sebab planet Jupiter dan Saturnus dianggap terlalu panas yang dapat melelehkan berlian. Jadi kesimpulannya berlian berwujud padat ada di bagian atas atmosfer.

Ilmuwan planet Moda Delitsky dan Kevin Baines dalam buku mereka yang berjudul Alien Seas mereka menceritakan bahwa suatu saat nanti manusia akan membuat robot yang mampu mengumpulkan berlian dari Jupiter dan Saturnus untuk kemudian dibawa menuju ke Bumi.



Berlian. Image credit: rimanews

Secara ilmiah proses terbentuknya berlian di kedua planet itu masih belum diketahui secara detail. Tapi di Bumi berlian terbentuk secara alami ketika karbon terpendam jauh di dalam tanah sekitar 160 km kemudian tertekan oleh panas hingga 1.093 derajat Celcius dan mengalami tekanan 725.000 pound perinci persegi yang kemudian bersamaan dengan magma bergerak ke permukaan untuk kemudian mendingin dan terbentuklah berlian.

Ketika berlian sudah begitu melimpah di alam semesta kemungkinan harganya juga akan turun dan tidak akan terlalu berharga lagi.


Sumber :
astronomi.us
Continue Reading→

Rabu, 09 Oktober 2013

Masih ingat dengan bola api besar yang jatuh di Pegunungan Ural, Rusia, tanggal 15 Februari lalu? Kemunculan meteor yang dikenal dengan sebutan 'Meteor Chelyabinsk' itu tiba-tiba, tidak terdeteksi, sehingga minim upaya antisipasi. Mengapa?


Batu meteorid yang menghantam Chelyabinsk, wilayah Pegunungan Ural, Rusia. (Telegraph)


Belakangan diketahui, meteor yang jatuh di Rusia itu terbentuk dari materi batuan yang sulit untuk dilihat atau "Asteroid Gelap," dilansir Telegraph.

Bebatuan asteroid gelap diperkiran terbentuk setelah menderita dampak tabrakan besar dengan asteroid lain di masa lalu. Akibatnya, seluruh bagian mineral, logam, dan silikat mencair sehingga asteroid berubah menjadi warna hitam pekat.

Dr Thomas Kohout dari University of Helsinki, Finlandia, bersama dengan Dr Maria Gritsevich dari Finnish Geodetic Institute dan Russian Academy of Science, menemukan fragmen meteor yang menghantam Rusia terbuat dari chondrites, batuan non logam yang terbentuk dari peleburan di batuan induk.

"Dua pertiga dari meteor itu berisi chondrite berwarna abu-abu, sementara sisanya adalah chondrite warna hitam. Itu artinya bagian warna hitam adalah sisa tabrakan dari awal sejarah terbentuknya asteroid," jelas Kohout.

Lebih lanjut, dia mengatakan meteor Chelyabinsk merupakan fragmen dari asteroid-asteroid yang bertabrakan di awal terbentuknya Tata Surya 4,6 miliar tahun lalu dan tidak berubah warna gelapnya sampai saat ini.

"Warna meteor yang gelap itu adalah penyebab mengapa tidak terdeteksi oleh badan antariksa manapun, sehingga kita sangat terkejut ketika benda angkasa itu menyala di atmosfer lalu meluncur ke Bumi," ujarnya.

Kohout bersama peneliti lain berharap agar lebih mempelajari meteor-meteor yang berasal dari asteroid gelap, sehingga bisa terdeteksi dan dilacak keberadaannya di masa mendatang.

Meteor yang tampak di atas langit Chelyabinsk, Ural, Rusia, Februari 2013 lalu.

Saat ini, Program Objek Dekat Bumi milik NASA berhasil melacak 10.303 asteroid dan 1.425 di antaranya diklasifikasikan sebagai asteroid yang berpotensi berbahaya bagi Bumi.

"Kebanyakan asteroid dilacak dengan menggunakan radar yang mengandalkan cahaya. Namun, asteroid gelap sangat sulit terdeteksi saat berada di lingkungan yang minim cahaya," jelas Kohout.

Kohout dan Gritsevich sudah mempresentasikan temuannya di American Astronomical Society Division for Planetary Sciences, di Denver, Colorado, AS. Temuan itu dapat membantu untuk melacak asteroid gelap yang sangat berbahaya bagi Bumi.

"Penduduk di Rusia beruntung, meteor Chelyabinsk yang berasal dari asteroid gelap sebagian besarnya telah hancur terbakar di atmosfer Bumi. Tapi, masih banyak asteroid gelap yang mengintai di Tata Surya dan sewaktu-waktu bisa jatuh ke Bumi," tutup Kohout.


Sumber :
viva.co.id

Batu Asteroid Gelap Teror Penduduk Bumi?

Anton chang   at  23.58  No comments

Masih ingat dengan bola api besar yang jatuh di Pegunungan Ural, Rusia, tanggal 15 Februari lalu? Kemunculan meteor yang dikenal dengan sebutan 'Meteor Chelyabinsk' itu tiba-tiba, tidak terdeteksi, sehingga minim upaya antisipasi. Mengapa?


Batu meteorid yang menghantam Chelyabinsk, wilayah Pegunungan Ural, Rusia. (Telegraph)


Belakangan diketahui, meteor yang jatuh di Rusia itu terbentuk dari materi batuan yang sulit untuk dilihat atau "Asteroid Gelap," dilansir Telegraph.

Bebatuan asteroid gelap diperkiran terbentuk setelah menderita dampak tabrakan besar dengan asteroid lain di masa lalu. Akibatnya, seluruh bagian mineral, logam, dan silikat mencair sehingga asteroid berubah menjadi warna hitam pekat.

Dr Thomas Kohout dari University of Helsinki, Finlandia, bersama dengan Dr Maria Gritsevich dari Finnish Geodetic Institute dan Russian Academy of Science, menemukan fragmen meteor yang menghantam Rusia terbuat dari chondrites, batuan non logam yang terbentuk dari peleburan di batuan induk.

"Dua pertiga dari meteor itu berisi chondrite berwarna abu-abu, sementara sisanya adalah chondrite warna hitam. Itu artinya bagian warna hitam adalah sisa tabrakan dari awal sejarah terbentuknya asteroid," jelas Kohout.

Lebih lanjut, dia mengatakan meteor Chelyabinsk merupakan fragmen dari asteroid-asteroid yang bertabrakan di awal terbentuknya Tata Surya 4,6 miliar tahun lalu dan tidak berubah warna gelapnya sampai saat ini.

"Warna meteor yang gelap itu adalah penyebab mengapa tidak terdeteksi oleh badan antariksa manapun, sehingga kita sangat terkejut ketika benda angkasa itu menyala di atmosfer lalu meluncur ke Bumi," ujarnya.

Kohout bersama peneliti lain berharap agar lebih mempelajari meteor-meteor yang berasal dari asteroid gelap, sehingga bisa terdeteksi dan dilacak keberadaannya di masa mendatang.

Meteor yang tampak di atas langit Chelyabinsk, Ural, Rusia, Februari 2013 lalu.

Saat ini, Program Objek Dekat Bumi milik NASA berhasil melacak 10.303 asteroid dan 1.425 di antaranya diklasifikasikan sebagai asteroid yang berpotensi berbahaya bagi Bumi.

"Kebanyakan asteroid dilacak dengan menggunakan radar yang mengandalkan cahaya. Namun, asteroid gelap sangat sulit terdeteksi saat berada di lingkungan yang minim cahaya," jelas Kohout.

Kohout dan Gritsevich sudah mempresentasikan temuannya di American Astronomical Society Division for Planetary Sciences, di Denver, Colorado, AS. Temuan itu dapat membantu untuk melacak asteroid gelap yang sangat berbahaya bagi Bumi.

"Penduduk di Rusia beruntung, meteor Chelyabinsk yang berasal dari asteroid gelap sebagian besarnya telah hancur terbakar di atmosfer Bumi. Tapi, masih banyak asteroid gelap yang mengintai di Tata Surya dan sewaktu-waktu bisa jatuh ke Bumi," tutup Kohout.


Sumber :
viva.co.id
Continue Reading→

Selasa, 08 Oktober 2013

Kemarin lupa melihat langit? Masih ada kesempatan. Siap-siap berburu hujan meteor Draconid setelah magrib. Kalau Anda penggemar dunia astromi, jangan lewatkan fenomena astronomi tersebut karena tahun ini akan terlihat lebih terang. Catat waktunya, 8-9 Oktober pukul 18:00 hingga 22:00 WIB.

Sinar lampu kota sering jadi penghalang. Untuk mengoptimalkan penglihatan, sebaiknya Anda pergi ke tempat yang minim cahaya lampu, dan biarkan mata beradaptasi dengan kegelapan selama 20 menit.

 
space.com

Hujan meteor Draconid berasal dari sisa-sisa debu komet Giacobini-Zinner yang berada di konstelasi Draco dan Naga. Pada Oktober ini, komet Giacobini-Zinner tidak akan meninggalkan sisa debu dan es yang banyak ke Bumi.

Dua tahun lalu, Oktober 2011, tercatat ada 600 meteor per jam hingga jadi fenomena hujan meteor Draconid yang paling menarik. Konon, cahaya silau yang dihasilkannya hampir bisa dilihat oleh orang-orang di wilayah Eropa.

Pastinya, untuk bisa melihat pertunjukan alam nan indah ini perlu lokasi yang tepat. Selain tak terganggu bias cahaya penerangan kota atau pemukiman, syarat mutlak lainnya yakni cuaca yang cerah. Nah, semoga malam ini langit terang tanpa hujan.











 
 
 
 
Sumber:
viva

Ayo Saksikan Hujan Meteor Malam ini

Anton chang   at  23.05  No comments

Kemarin lupa melihat langit? Masih ada kesempatan. Siap-siap berburu hujan meteor Draconid setelah magrib. Kalau Anda penggemar dunia astromi, jangan lewatkan fenomena astronomi tersebut karena tahun ini akan terlihat lebih terang. Catat waktunya, 8-9 Oktober pukul 18:00 hingga 22:00 WIB.

Sinar lampu kota sering jadi penghalang. Untuk mengoptimalkan penglihatan, sebaiknya Anda pergi ke tempat yang minim cahaya lampu, dan biarkan mata beradaptasi dengan kegelapan selama 20 menit.

 
space.com

Hujan meteor Draconid berasal dari sisa-sisa debu komet Giacobini-Zinner yang berada di konstelasi Draco dan Naga. Pada Oktober ini, komet Giacobini-Zinner tidak akan meninggalkan sisa debu dan es yang banyak ke Bumi.

Dua tahun lalu, Oktober 2011, tercatat ada 600 meteor per jam hingga jadi fenomena hujan meteor Draconid yang paling menarik. Konon, cahaya silau yang dihasilkannya hampir bisa dilihat oleh orang-orang di wilayah Eropa.

Pastinya, untuk bisa melihat pertunjukan alam nan indah ini perlu lokasi yang tepat. Selain tak terganggu bias cahaya penerangan kota atau pemukiman, syarat mutlak lainnya yakni cuaca yang cerah. Nah, semoga malam ini langit terang tanpa hujan.











 
 
 
 
Sumber:
viva

Continue Reading→

Senin, 07 Oktober 2013

Mungkin kita penasaran bagaimana cara NASA untuk berkomunikasi dan mengendalikan robot penjelajah Mars (Mars rover) seperti Spirit, Opportunity, dan Curiosity yang letaknya jutaan km jauhnya dari Bumi.

Jutaan km merupakan jarak yang sangat-sangat jauh dan sangat tidak bisa dibayangkan. Tapi sekali lagi, bagaimana cara NASA untuk menggerakkan robot-robot penjelajah itu?? Mari sama-sama kita cari tahu.

Robot penjelajah Mars, Curiosity. Image credit: astronaut


Sekali dalam sehari, gelombang radio dikirmkan oleh NASA dari ruang kontrol misi menuju ke robot penjelajah di Mars dan untuk sampai ke tujuan diperlukan waktu 13,8 menit agar gelombang radio itu bisa diterima robot penjelajah.

Para insinyur NASA bertukar pesan dengan Curiosity setiap hari pada waktu yang telah ditentukan. Untuk sekali berotasi, Mars membutuhkan waktu lebih lama 37 menit dari Bumi. Sehingga untuk menyetakan waktu satu hari di Mars, mereka menyebutnya dengan "sol".

Pada jam 10 pagi waktu Mars setelah Matahari melewati cakrawalanya dan robot penjelajah telah berada dalam keadaaan siap, NASA mengrimkan paket data berisi perintah kepada robot penjelajah.

Dalam hal ini robot penjelajahnya adalah Curiosity. Karena pagi di Mars tidak selalu bersamaan dengan pagi di Bumi, maka NASA menempatkan antena parabola raksasa di beberapa benua di dunia. Diantaranya di Gurun Mojave (California), Eropa (Spanyol) dan di Australia. Mereka menyebut kesemua sistem itu dengan istilah DSN (Deep Space Network).

Salah satu antena parabola DSN NASA di Gurun Mojave, California. Antena ini berdiameter 70 meter.
Image credit: silver-peak

Gelombang radio yang berisi paket perintah tadi dikirimkan dan berjalan selama 13,8 menit di luar angaksa sampai tiba dan diterima oleh Curiosity. Perintah yang diberikan tidak selalu harus bergerak atau berjalan, tapi perintah juga bisa berupa perintah menyekop, mengebor, mengambil sampel batuan, menganalisa sampel yang ada dan sebagainya. Cuiosity memiliki laboratorium mini yang memungkinkan untuk itu.

Sebelum nASA memerintahkan Curiosity untuk berjalan, terlebih dulu NASA membuat pencitraan berupa kondisi di sekitar rover dengan menggunakan kamera yang ada pada rover tersebut atau dengan mengambil citra dengan menggunakan wahana pengorbit seperti Mars Odyssey dan Mars Reconnaisance Orbiter.

Citra itu kemudian dibuat model tiga dimensinya untuk menggambarkan kondisi di sekitar rover jangan sampai rover itu melintas di daerah yang berbahaya. Sebab NASA pernah mengalami hal buruk dengan rover Spirit dimana rover itu pada tahun 2009 terjebak dalam lubang pasir sehingga misinya harus berakhir.

Ketika dirasa jalur yang akan dilalui aman, NASA mengirim perintah berisi koordinat kepada Curiosity dan memerintahkannya untuk menuju koordinat itu. Curiosity sebenarnya sudah memiliki "kecerdasan buatan" dimana ia mampu menentukan jalur yang menurutnya aman untuk dilalui.

Terkadang insinyur NASA juga baru akan memberikan Curiosity perintah dalam beberapa hari kemudian. Nah selama menunggu perintah, insinyur NASA terus berkomunikasi dengan Curiosity sembari memerintahkannya untuk berhenti, tetap tenang, dan terus menunggu komunikasi sampai waktu yang telah ditentukan.

Curiosity memiliki pemancar transmiter dengan diameter sekitar 30 cm dan daya yang digunakan tidak lebih dari 25 watt. Untuk mengirimkan data yang didapat Curiosity ke Bumi, Curiosity akan terlebih dulu mengirimkannya pada wahana pengorbit Mars Odyssey dan Mars Reconnaisance Orbiter yang terus menerus mengorbit planet merah.

Curiosity menunggu sampai wahana pengorbit melintas di atasnya sekitar pukul 3 sore dan 3 pagi waktu Mars. Data yang dikirmkan berupa foto, data ilmiah, dan sebagainya. Data yang bisa dikirim dalam sekali pengiriman bisa mencapai beberapa ratus megabit. Biasanya Curiosity mengumpulkan data itu selama satu minggu dan hanya sekali pengiriman dalam sehari semua data itu bisa di dapatkan.

Nah setelah tahu bagaimana cara kerjanya, maka bisa Anda bayangkan sendiri bagaimana NASA berkomunikasi dengan wahana yang lebih jauh seperti Voyager 1 dan 2 yang letaknya bermilyar-milyar km jauhnya dari Bumi. Luar Biasa . . .


Sumber :
astronomi.us

Begini Cara NASA Berkomunikasi dan Mengendalikan Robot Curiosity di Mars

Anton chang   at  20.30  No comments

Mungkin kita penasaran bagaimana cara NASA untuk berkomunikasi dan mengendalikan robot penjelajah Mars (Mars rover) seperti Spirit, Opportunity, dan Curiosity yang letaknya jutaan km jauhnya dari Bumi.

Jutaan km merupakan jarak yang sangat-sangat jauh dan sangat tidak bisa dibayangkan. Tapi sekali lagi, bagaimana cara NASA untuk menggerakkan robot-robot penjelajah itu?? Mari sama-sama kita cari tahu.

Robot penjelajah Mars, Curiosity. Image credit: astronaut


Sekali dalam sehari, gelombang radio dikirmkan oleh NASA dari ruang kontrol misi menuju ke robot penjelajah di Mars dan untuk sampai ke tujuan diperlukan waktu 13,8 menit agar gelombang radio itu bisa diterima robot penjelajah.

Para insinyur NASA bertukar pesan dengan Curiosity setiap hari pada waktu yang telah ditentukan. Untuk sekali berotasi, Mars membutuhkan waktu lebih lama 37 menit dari Bumi. Sehingga untuk menyetakan waktu satu hari di Mars, mereka menyebutnya dengan "sol".

Pada jam 10 pagi waktu Mars setelah Matahari melewati cakrawalanya dan robot penjelajah telah berada dalam keadaaan siap, NASA mengrimkan paket data berisi perintah kepada robot penjelajah.

Dalam hal ini robot penjelajahnya adalah Curiosity. Karena pagi di Mars tidak selalu bersamaan dengan pagi di Bumi, maka NASA menempatkan antena parabola raksasa di beberapa benua di dunia. Diantaranya di Gurun Mojave (California), Eropa (Spanyol) dan di Australia. Mereka menyebut kesemua sistem itu dengan istilah DSN (Deep Space Network).

Salah satu antena parabola DSN NASA di Gurun Mojave, California. Antena ini berdiameter 70 meter.
Image credit: silver-peak

Gelombang radio yang berisi paket perintah tadi dikirimkan dan berjalan selama 13,8 menit di luar angaksa sampai tiba dan diterima oleh Curiosity. Perintah yang diberikan tidak selalu harus bergerak atau berjalan, tapi perintah juga bisa berupa perintah menyekop, mengebor, mengambil sampel batuan, menganalisa sampel yang ada dan sebagainya. Cuiosity memiliki laboratorium mini yang memungkinkan untuk itu.

Sebelum nASA memerintahkan Curiosity untuk berjalan, terlebih dulu NASA membuat pencitraan berupa kondisi di sekitar rover dengan menggunakan kamera yang ada pada rover tersebut atau dengan mengambil citra dengan menggunakan wahana pengorbit seperti Mars Odyssey dan Mars Reconnaisance Orbiter.

Citra itu kemudian dibuat model tiga dimensinya untuk menggambarkan kondisi di sekitar rover jangan sampai rover itu melintas di daerah yang berbahaya. Sebab NASA pernah mengalami hal buruk dengan rover Spirit dimana rover itu pada tahun 2009 terjebak dalam lubang pasir sehingga misinya harus berakhir.

Ketika dirasa jalur yang akan dilalui aman, NASA mengirim perintah berisi koordinat kepada Curiosity dan memerintahkannya untuk menuju koordinat itu. Curiosity sebenarnya sudah memiliki "kecerdasan buatan" dimana ia mampu menentukan jalur yang menurutnya aman untuk dilalui.

Terkadang insinyur NASA juga baru akan memberikan Curiosity perintah dalam beberapa hari kemudian. Nah selama menunggu perintah, insinyur NASA terus berkomunikasi dengan Curiosity sembari memerintahkannya untuk berhenti, tetap tenang, dan terus menunggu komunikasi sampai waktu yang telah ditentukan.

Curiosity memiliki pemancar transmiter dengan diameter sekitar 30 cm dan daya yang digunakan tidak lebih dari 25 watt. Untuk mengirimkan data yang didapat Curiosity ke Bumi, Curiosity akan terlebih dulu mengirimkannya pada wahana pengorbit Mars Odyssey dan Mars Reconnaisance Orbiter yang terus menerus mengorbit planet merah.

Curiosity menunggu sampai wahana pengorbit melintas di atasnya sekitar pukul 3 sore dan 3 pagi waktu Mars. Data yang dikirmkan berupa foto, data ilmiah, dan sebagainya. Data yang bisa dikirim dalam sekali pengiriman bisa mencapai beberapa ratus megabit. Biasanya Curiosity mengumpulkan data itu selama satu minggu dan hanya sekali pengiriman dalam sehari semua data itu bisa di dapatkan.

Nah setelah tahu bagaimana cara kerjanya, maka bisa Anda bayangkan sendiri bagaimana NASA berkomunikasi dengan wahana yang lebih jauh seperti Voyager 1 dan 2 yang letaknya bermilyar-milyar km jauhnya dari Bumi. Luar Biasa . . .


Sumber :
astronomi.us
Continue Reading→

Selasa, 01 Oktober 2013

Hal itu diungkapkan oleh NASA bahwa sekopan tanah yang dilakukan oleh robot penjelajah Curiosity ternyata memiliki kandungan air sebanyak dua persen.

"Kami melihat Mars sebagai planet yang kering, walaupun ada air tapi tentu tidak sebanyak di Bumi," ucap laurie Leshin selaku penulis dari jurnal sains yang juga sebagai dekan dari Rensselaer Polytechnic Institute.


"Pada 0.03 meter kubik tanah Mars, kita bisa mendapatkan sekitar 0,47 liter air. Radio isotop hidrogen pada air yang terdapat pada tanah menunjukkan molekul air melekat pada partikel tanah yang datang pada masa sekarang," tambahnya.

Sampel sekopan tanah yang disebut dengan Rocknest itu dianalisa dengan memanaskannya pada sebuah "oven kecil" Curiosity dan hasilnya ditemukan molekul air sebanyak 2 persen dari volume tanah.

Bukti keberadaan air di planet Mars akan sangat membantu untuk awak yang nantinya akan dikirim ke sana. Amerika sendiri direncanakan mengirim misi berawak pertama ke planet Mars pada tahun 2030.

Sebenarnya wahana pengorbit Mars juga sudah mengendus bahwa planet itu pernah punya air baik dalam wujud cair maupun es pada masa lampau namun belum meyakinkan sampai adanya bukti valid dari Curiosity ini.

Temuan menakjubkan dari Curiosity ini dijelaskan dalam lima makalah yang berbeda pada jurnal sains dan masing-masing berisi tentang riset pada beberapa wilayah yang berbeda di Mars. "Air harus tersedia dan mudah diakses, kita bisa menemukannya di bawah kaki jika kita menjadi astronot di sana," ungkap Leshin.


Sumber :
astronomi.us

Akhirnya, Curiosity Berhasil Menemukan Air di Planet Mars

Anton chang   at  23.00  No comments

Hal itu diungkapkan oleh NASA bahwa sekopan tanah yang dilakukan oleh robot penjelajah Curiosity ternyata memiliki kandungan air sebanyak dua persen.

"Kami melihat Mars sebagai planet yang kering, walaupun ada air tapi tentu tidak sebanyak di Bumi," ucap laurie Leshin selaku penulis dari jurnal sains yang juga sebagai dekan dari Rensselaer Polytechnic Institute.


"Pada 0.03 meter kubik tanah Mars, kita bisa mendapatkan sekitar 0,47 liter air. Radio isotop hidrogen pada air yang terdapat pada tanah menunjukkan molekul air melekat pada partikel tanah yang datang pada masa sekarang," tambahnya.

Sampel sekopan tanah yang disebut dengan Rocknest itu dianalisa dengan memanaskannya pada sebuah "oven kecil" Curiosity dan hasilnya ditemukan molekul air sebanyak 2 persen dari volume tanah.

Bukti keberadaan air di planet Mars akan sangat membantu untuk awak yang nantinya akan dikirim ke sana. Amerika sendiri direncanakan mengirim misi berawak pertama ke planet Mars pada tahun 2030.

Sebenarnya wahana pengorbit Mars juga sudah mengendus bahwa planet itu pernah punya air baik dalam wujud cair maupun es pada masa lampau namun belum meyakinkan sampai adanya bukti valid dari Curiosity ini.

Temuan menakjubkan dari Curiosity ini dijelaskan dalam lima makalah yang berbeda pada jurnal sains dan masing-masing berisi tentang riset pada beberapa wilayah yang berbeda di Mars. "Air harus tersedia dan mudah diakses, kita bisa menemukannya di bawah kaki jika kita menjadi astronot di sana," ungkap Leshin.


Sumber :
astronomi.us
Continue Reading→

Rabu, 04 September 2013

Kita sering membaca jarak benda-benda di langit menggunakan satuan tahun cahaya. Penggunaan kata "tahun" seolah menunjuk pada waktu, "berapa lama". Sesungguhnya yang dimaksud adalah satuan jarak.

Mengapa menggunakan satuan "tahun cahaya"? Karena benda-benda di luar angkasa jaraknya sangat jauh, kalau menggunakan meter, kilometer, mile, maka manusia pasti kebingungan bagaimana menyebutkannya saking banyaknya angka nol.
 

Contoh, jarak Matahari dengan bintang terdekatnya 40.000.000.000.000 km atau 40 trilyun kilometer. Sementara masih banyak sekali bintang-bintang yang letaknya lebih jauh dari itu. Dan jarak ke galaksi Andromeda adalah 21.000.000.000.000.000.000 km atau 2,1 x 19 km. Bagaimana menyebutnya?

Maka untuk mengukur jarak yang sangat besar, digunakan satuan tahun cahaya. Cahaya bergerak 299.792.458 meter per detik atau aproksimasinya 300.000 km per detik maka 1 detik cahaya (light second) setara dengan jarak 300.000 km. Bagaimana kalau setahun?
300.000 km/detik x 60 detik/menit x 60 menit/jam x 24 jam/hari x 365,25 hari/tahun = 9.467.280.000.000 km = (9,46 x 1012) km

Maka tahun cahaya didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam waktu satu tahun ketika melewati ruang hampa udara atau setara dengan 9.467.280.000.000 km = (9,46 x 1012 ) km.

Jarak yang sangat jauh tapi lebih mudah untuk diingat. Kita lihat contohnya di bawah ini. Lebih mudah diingat bukan jika menggunakan tahun cahaya?

Dari definisi tahun cahaya tersebut, ketika seorang pengamat di Bumi melihat sebuah bintang yang jaraknya 10 tahun cahaya maka artinya cahaya yang diterima pengamat saat ini merupakan cahaya yang baru tiba setelah melakukan perjalanan dari bintang dengan jarak tempuh 10 tahun. Atau sederhananya si pengamat di Bumi sedang melihat bintang pada keadaannya 10 tahun yang lalu.

Sekadar info, d bawah ini contoh ukuran jarak antar bumi dengan beberapa benda di tata surya.


  • Bulan = 1,29 detik cahaya
  • Matahari= 8,3 menit cahaya
  • Mars = 12,7 menit cahaya
  • Jupiter = 33 menit cahaya
  • Pluto = 5,3 jam cahaya
  • Proxima Cetauri= 4.3 tahun cahaya
  • Sirius = 8,58 tahun cahaya
  • Galaksi Andromeda = 2.300.000 tahun cahaya atau 2,3 juta tahun cahaya













 



Satu Tahun Cahaya Berapa Lama?

Anton chang   at  21.33  No comments

Kita sering membaca jarak benda-benda di langit menggunakan satuan tahun cahaya. Penggunaan kata "tahun" seolah menunjuk pada waktu, "berapa lama". Sesungguhnya yang dimaksud adalah satuan jarak.

Mengapa menggunakan satuan "tahun cahaya"? Karena benda-benda di luar angkasa jaraknya sangat jauh, kalau menggunakan meter, kilometer, mile, maka manusia pasti kebingungan bagaimana menyebutkannya saking banyaknya angka nol.
 

Contoh, jarak Matahari dengan bintang terdekatnya 40.000.000.000.000 km atau 40 trilyun kilometer. Sementara masih banyak sekali bintang-bintang yang letaknya lebih jauh dari itu. Dan jarak ke galaksi Andromeda adalah 21.000.000.000.000.000.000 km atau 2,1 x 19 km. Bagaimana menyebutnya?

Maka untuk mengukur jarak yang sangat besar, digunakan satuan tahun cahaya. Cahaya bergerak 299.792.458 meter per detik atau aproksimasinya 300.000 km per detik maka 1 detik cahaya (light second) setara dengan jarak 300.000 km. Bagaimana kalau setahun?
300.000 km/detik x 60 detik/menit x 60 menit/jam x 24 jam/hari x 365,25 hari/tahun = 9.467.280.000.000 km = (9,46 x 1012) km

Maka tahun cahaya didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam waktu satu tahun ketika melewati ruang hampa udara atau setara dengan 9.467.280.000.000 km = (9,46 x 1012 ) km.

Jarak yang sangat jauh tapi lebih mudah untuk diingat. Kita lihat contohnya di bawah ini. Lebih mudah diingat bukan jika menggunakan tahun cahaya?

Dari definisi tahun cahaya tersebut, ketika seorang pengamat di Bumi melihat sebuah bintang yang jaraknya 10 tahun cahaya maka artinya cahaya yang diterima pengamat saat ini merupakan cahaya yang baru tiba setelah melakukan perjalanan dari bintang dengan jarak tempuh 10 tahun. Atau sederhananya si pengamat di Bumi sedang melihat bintang pada keadaannya 10 tahun yang lalu.

Sekadar info, d bawah ini contoh ukuran jarak antar bumi dengan beberapa benda di tata surya.


  • Bulan = 1,29 detik cahaya
  • Matahari= 8,3 menit cahaya
  • Mars = 12,7 menit cahaya
  • Jupiter = 33 menit cahaya
  • Pluto = 5,3 jam cahaya
  • Proxima Cetauri= 4.3 tahun cahaya
  • Sirius = 8,58 tahun cahaya
  • Galaksi Andromeda = 2.300.000 tahun cahaya atau 2,3 juta tahun cahaya













 



Continue Reading→

Minggu, 25 Agustus 2013

Selasa, 20 Agustus 2013, Matahari kembali melepaskan badai Matahari berskala besar. Akibatnya, Bumi terancam serangan awan besar atau Coronal Mass Ejection (CME) yang terdiri dari partikel super panas.

Menurut Thomas Djamaluddin, ahli astronomi dan astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), CME atau lontaran massa matahari akan memberikan semburan partikel-partikel berenergi tinggi.

Nasa / viva

"Namun, Bumi kita dilindungi oleh medan magnet. Partikel berenergi tinggi itu tidak akan menembus dan sampai membahayakan manusia di permukaan Bumi," kata Thomas dilansir VIVAnews.

Bagaimanapun, partikel berenergi tinggi itu berpotensi mengganggu satelit-satelit yang mengorbit di Bumi. Sehingga, yang menerima dampak bukan manusia secara umum, tapi manusia sebagai pengguna teknologi.

"Ketika satelit komunikasi terganggu, maka fungsi-fungsi komunikasi dan navigasi yang memanfaatkan satelit pasti juga ikut terganggu. Jadi, badai matahari tidak mengganggu manusia, hanya aktivitasnya," jelas Thomas.

Dia juga menyampaikan, Bumi sudah terbiasa dengan datangnya badai matahari. Tapi, saat ini badai matahari sudah menjadi fokus penelitian para peneliti, karena sifat dari badai Matahari yang mengganggu sistem satelit komunikasi dan navigasi.

"Tahun 2012 sebenarnya puncak dari badai matahari, terjadi dalam siklus 11 tahun sekali. Tapi, kali ini hanya terjadi badai Matahari yang kecil, dan kekuatannya lebih rendah dari perkiraan peneliti," jelasnya.

Sebenarnya, Bumi pernah mendapat dampak badai Matahari terparah pada tahun 1989 dan 2000. Saat itu, daerah terparah yang terkena dampak badai Matahari ada di dekat kutub.

Badai Matahari telah mempengaruhi atau menginduksi jaringan listrik, sehingga menyebabkan transformator terbakar. Akibatnya, sebagian besar wilayah tidak mendapatkan pasokan listrik.

"Kemungkinan hal itu terjadi lagi tetap ada. Tapi, sekarang ini sudah banyak operator satelit yang mampu mengantisipasi serangan badai Matahari," tutup Thomas.
























 










Sumber:
viva

Seberapa Bahaya sih, Badai Matahari?

Anton chang   at  00.33  No comments

Selasa, 20 Agustus 2013, Matahari kembali melepaskan badai Matahari berskala besar. Akibatnya, Bumi terancam serangan awan besar atau Coronal Mass Ejection (CME) yang terdiri dari partikel super panas.

Menurut Thomas Djamaluddin, ahli astronomi dan astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), CME atau lontaran massa matahari akan memberikan semburan partikel-partikel berenergi tinggi.

Nasa / viva

"Namun, Bumi kita dilindungi oleh medan magnet. Partikel berenergi tinggi itu tidak akan menembus dan sampai membahayakan manusia di permukaan Bumi," kata Thomas dilansir VIVAnews.

Bagaimanapun, partikel berenergi tinggi itu berpotensi mengganggu satelit-satelit yang mengorbit di Bumi. Sehingga, yang menerima dampak bukan manusia secara umum, tapi manusia sebagai pengguna teknologi.

"Ketika satelit komunikasi terganggu, maka fungsi-fungsi komunikasi dan navigasi yang memanfaatkan satelit pasti juga ikut terganggu. Jadi, badai matahari tidak mengganggu manusia, hanya aktivitasnya," jelas Thomas.

Dia juga menyampaikan, Bumi sudah terbiasa dengan datangnya badai matahari. Tapi, saat ini badai matahari sudah menjadi fokus penelitian para peneliti, karena sifat dari badai Matahari yang mengganggu sistem satelit komunikasi dan navigasi.

"Tahun 2012 sebenarnya puncak dari badai matahari, terjadi dalam siklus 11 tahun sekali. Tapi, kali ini hanya terjadi badai Matahari yang kecil, dan kekuatannya lebih rendah dari perkiraan peneliti," jelasnya.

Sebenarnya, Bumi pernah mendapat dampak badai Matahari terparah pada tahun 1989 dan 2000. Saat itu, daerah terparah yang terkena dampak badai Matahari ada di dekat kutub.

Badai Matahari telah mempengaruhi atau menginduksi jaringan listrik, sehingga menyebabkan transformator terbakar. Akibatnya, sebagian besar wilayah tidak mendapatkan pasokan listrik.

"Kemungkinan hal itu terjadi lagi tetap ada. Tapi, sekarang ini sudah banyak operator satelit yang mampu mengantisipasi serangan badai Matahari," tutup Thomas.
























 










Sumber:
viva
Continue Reading→

Jumat, 23 Agustus 2013

Orbit planet berbentuk elips karena interaksi gravitasi antara planet dan matahari beserta dengan benda langit lainnya.

Johannes Kepler pada tahun 1600-an adalah orang pertama yang membahas bentuk orbit planet. Kepler juga merumuskan serangkaian hukum untuk menjelaskan bentuk dan karakteristik orbit planet.
 
 
Isaac Newton dan Albert Einstein lantas memberikan kontribusi beserta teori tambahan perihal pergerakan planet.

Kepler menyatakan dalam hukum pertamanya bahwa orbit planet berbentuk elips dengan matahari di salah satu fokus elips.

Orbit elips diukur dalam hal eksentrisitas, semakin eksentrik orbit, semakin memanjang bentuk orbit tersebut.

Banyak planet, seperti Bumi, memiliki orbit yang menyerupai lingkaran, sementara planet lain seperti Merkurius, memiliki orbit yang lebih eksentrik.

Kepler tidak menjelaskan mengapa orbit planet berbentuk elips, tetapi dasar-dasar penemuannya digunakan oleh fisikawan lain untuk menyempurnakan pemahaman kita atas orbit dan pergerakan planet.

Newton memberikan kontribusi atas faktor gravitasi, menunjukkan bagaimana planet dan matahari saling tarik-menarik.

Teori relativitas Einstein juga memainkan peran dalam menjelaskan mengapa planet-planet mengorbit matahari dengan bentuk elips.

Menggunakan perhitungan matematika yang dirumuskan oleh sejumlah fisikawan dan astronom, saat ini kita mampu secara akurat menghitung orbit planet serta benda langit lain seperti komet.

Lebih jauh lagi, ilmuwan modern dapat pula melacak perubahan orbit benda langit tersebut dari waktu ke waktu.

Informasi ini berguna untuk sejumlah aplikasi, dari pemrograman teleskop untuk observasi hingga menentukan tingkat ancaman yang ditimbulkan oleh sebuah komet atau asteroid yang mendekati orbit bumi.

Adalah penting untuk menyadari bahwa deskripsi orbit planet merupakan realitas yang disederhanakan, yaitu dengan menempatkan matahari sebagai objek tetap dengan planet-planet yang bergerak mengelilinginya.

Kenyataannya, matahari juga bergerak bersama dengan planet-planet lain mengitari galaksi bima sakti sehingga bentuk orbit planet juga akan terus berubah.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sumber:

Mengapa Orbit Planet Bentuknya Elips

Anton chang   at  22.30  No comments

Orbit planet berbentuk elips karena interaksi gravitasi antara planet dan matahari beserta dengan benda langit lainnya.

Johannes Kepler pada tahun 1600-an adalah orang pertama yang membahas bentuk orbit planet. Kepler juga merumuskan serangkaian hukum untuk menjelaskan bentuk dan karakteristik orbit planet.
 
 
Isaac Newton dan Albert Einstein lantas memberikan kontribusi beserta teori tambahan perihal pergerakan planet.

Kepler menyatakan dalam hukum pertamanya bahwa orbit planet berbentuk elips dengan matahari di salah satu fokus elips.

Orbit elips diukur dalam hal eksentrisitas, semakin eksentrik orbit, semakin memanjang bentuk orbit tersebut.

Banyak planet, seperti Bumi, memiliki orbit yang menyerupai lingkaran, sementara planet lain seperti Merkurius, memiliki orbit yang lebih eksentrik.

Kepler tidak menjelaskan mengapa orbit planet berbentuk elips, tetapi dasar-dasar penemuannya digunakan oleh fisikawan lain untuk menyempurnakan pemahaman kita atas orbit dan pergerakan planet.

Newton memberikan kontribusi atas faktor gravitasi, menunjukkan bagaimana planet dan matahari saling tarik-menarik.

Teori relativitas Einstein juga memainkan peran dalam menjelaskan mengapa planet-planet mengorbit matahari dengan bentuk elips.

Menggunakan perhitungan matematika yang dirumuskan oleh sejumlah fisikawan dan astronom, saat ini kita mampu secara akurat menghitung orbit planet serta benda langit lain seperti komet.

Lebih jauh lagi, ilmuwan modern dapat pula melacak perubahan orbit benda langit tersebut dari waktu ke waktu.

Informasi ini berguna untuk sejumlah aplikasi, dari pemrograman teleskop untuk observasi hingga menentukan tingkat ancaman yang ditimbulkan oleh sebuah komet atau asteroid yang mendekati orbit bumi.

Adalah penting untuk menyadari bahwa deskripsi orbit planet merupakan realitas yang disederhanakan, yaitu dengan menempatkan matahari sebagai objek tetap dengan planet-planet yang bergerak mengelilinginya.

Kenyataannya, matahari juga bergerak bersama dengan planet-planet lain mengitari galaksi bima sakti sehingga bentuk orbit planet juga akan terus berubah.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sumber:
Continue Reading→

Selasa, 13 Agustus 2013

Menjalankan misi selama setahun di Mars, kendaraan antariksa Curiosity berhasil mengungkap fakta-fakta. Fakta baru itu beragam, mulai dari yang memberikan tanda pernah adanya kehidupan, memaparkan bahaya hidup di Mars, hingga kemiripan Mars dengan Bumi.

Apa saja fakta-fakta baru yang diungkap Curiosity tersebut? Berikut pemaparannya seperti dirangkum Discovery dan terus diikuti oleh Kompas.com sepanjang misi Curiosity selama setahun terakhir.


Pemandangan Mars Mirip Bumi

Segera setelah mendarat, Curiosity segera mengirimkan foto-foto pertamanya. Salah satu yang mengagumkan diambil pada 8 Agustus 2012, menggambarakan betapa Mars mirip dengan wilayah gurun di Bumi. Melihat foto itu, mungkin saja ada yang berpikir bahwa pendaratan Mars adalah palsu.

Selain foto itu, Curiosity lewat akun Twitter-nya yang dikelola pihak Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) juga memublikasikan foto pertama yang dijepret, foto berwarna pertama, dan foto pertama Mars pada malam hari. NASA mengembangkan panorama 360 derajat Mars.


Foto-foto pertama yang berhasil diambil robot Curiosity. Foto di bagian kiri menunjukkan bayangan Curiosity sementara bagian kanan menunjukkan Curiosity dengan salah satu rodanya. | NASA




Wahana Curiosity menangkap foto pertama Mars pada malam hari pada Selasa (22/1/2013). Obyek fotonya adalah batu "Sayunei" yang sebelumnya telah dicukil. | NASA




Jejak penjelajahan Curisoity pertama dalam foto berwarna. | NASA



Batu Jake Mirip Batu di Bumi

Setelah beberapa minggu berada di Mars, Curiosity mulai menganalisis batu Jake. Hasil analisis mengungkap bahwa batu Jake memiliki kemiripan dengan batu di Bumi, terbentuk lewat peristiwa vulkanik serta memiliki mineral yang juga dimiliki batu di Bumi.


Batu Jake Matijevic di Mars. Analisis oleh dua piranti robot Curiosity menunjukkan bahwa batu ini secara kimia serupa dengan batu di Bumi. | NASA



Tanah Mars Sama dengan Tanah di Hawaii

Pada November 2012, Curiosity telah sampai di wilayah Mars yang disebut Rocknest. Di wilayah itu, Curiosity menganalisis tanah Mars. Diketahui kemudian, tanah Mars memiliki komposisi mineral mirip dengan tanah di Hawaii.


Citra hasil analisis sampel tanah Mars oleh instrumen CheMin robot Curiosity. Analisis menunjukkan, tanah mars memiliki kristal dengan kandungan feldspar, pyroxene dan olivine serta kandungan non kristal. Warna dalam gambar menunjukkan intensitas sinar X, dengan warna merah sebagai yang paling intens. | NASA



Bukti Adanya Air di Mars

Curiosity mengungkap adanya kerikil Mars yang berbentuk melingkar. Ilmuwan yang terlibat proyek Curiosity mengatakan, kerikil tersebut merupakan bukti terkuat adanya air di Mars.


Jejak Aliran Air di Mars yang diambil dengan lensa kamera Mastcam milik Curiosity pada 14 September 2012 dan dirilis oleh NASA pada 27 September 2012. | NASA



Mineral Mars

Analisis pada batu "John Klein" mengungkap bahwa Mars memiliki mineral yang terbentuk dengan keberadaan air. Batu tersebut mengandung mineral tanah liat dan sulfat. Diduga, Mars juga pernah punya sumber air minum.

Riset lain yang dilakukan oleh wahana antariksa Opportunity juga mengungkap bahwa Mars punya air yang bisa diminum. Opportunity dalam observasi di Kawah Endeavour menemukan adanya tanda bahwa Mars punya air dengan pH netral.


Serbuk batu John Klein, bukti keberhasilan pengeboran wahana antariksa Curiosity di Mars. | NASA



Kawah Endeavour | Wikipedia



Atmosfer Planet Mars

Curiosity mengungkap bahwa dahulu Mars pernah memiliki atmosfer tebal. Namun, karena tak mampu mempertahankan gasnya dari radiasi Matahari, atmosfer planet merah itu perlahan menipis. Hal ini kemudian berpengaruh pada kemampuan Mars mendukung kehidupan.



Sisi Bahaya Mars

Mars memang terkonfirmasi punya air. Namun, Mars juga punya senyawa beracun seperti sulfat yang bila terhirup akan sangat berbahaya, serta perklorat. Belum lagi, radiasi Matahari di Mars yang sangat berisiko bagi manusia.



Fenomena Astronomi

Di samping mengungkap fakta baru, Curiosity juga mengungkap fenomena astronomi menarik di Mars. Misalnya, Curiosity menangkap citra gerhana yang muncul karena Phobos menghalangi Matahari.


Gerhana Matahari oleh Phobos seperti diambil robot Curiosity pada Kamis (13/9/2012). | NASA



Phobos | Wikipedia





Sumber :
Yunanto Wiji Utomo / kompas.com

Setahun di Mars, Inilah Fakta Baru yang Diungkap Curiosity

Anton chang   at  20.48  No comments

Menjalankan misi selama setahun di Mars, kendaraan antariksa Curiosity berhasil mengungkap fakta-fakta. Fakta baru itu beragam, mulai dari yang memberikan tanda pernah adanya kehidupan, memaparkan bahaya hidup di Mars, hingga kemiripan Mars dengan Bumi.

Apa saja fakta-fakta baru yang diungkap Curiosity tersebut? Berikut pemaparannya seperti dirangkum Discovery dan terus diikuti oleh Kompas.com sepanjang misi Curiosity selama setahun terakhir.


Pemandangan Mars Mirip Bumi

Segera setelah mendarat, Curiosity segera mengirimkan foto-foto pertamanya. Salah satu yang mengagumkan diambil pada 8 Agustus 2012, menggambarakan betapa Mars mirip dengan wilayah gurun di Bumi. Melihat foto itu, mungkin saja ada yang berpikir bahwa pendaratan Mars adalah palsu.

Selain foto itu, Curiosity lewat akun Twitter-nya yang dikelola pihak Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) juga memublikasikan foto pertama yang dijepret, foto berwarna pertama, dan foto pertama Mars pada malam hari. NASA mengembangkan panorama 360 derajat Mars.


Foto-foto pertama yang berhasil diambil robot Curiosity. Foto di bagian kiri menunjukkan bayangan Curiosity sementara bagian kanan menunjukkan Curiosity dengan salah satu rodanya. | NASA




Wahana Curiosity menangkap foto pertama Mars pada malam hari pada Selasa (22/1/2013). Obyek fotonya adalah batu "Sayunei" yang sebelumnya telah dicukil. | NASA




Jejak penjelajahan Curisoity pertama dalam foto berwarna. | NASA



Batu Jake Mirip Batu di Bumi

Setelah beberapa minggu berada di Mars, Curiosity mulai menganalisis batu Jake. Hasil analisis mengungkap bahwa batu Jake memiliki kemiripan dengan batu di Bumi, terbentuk lewat peristiwa vulkanik serta memiliki mineral yang juga dimiliki batu di Bumi.


Batu Jake Matijevic di Mars. Analisis oleh dua piranti robot Curiosity menunjukkan bahwa batu ini secara kimia serupa dengan batu di Bumi. | NASA



Tanah Mars Sama dengan Tanah di Hawaii

Pada November 2012, Curiosity telah sampai di wilayah Mars yang disebut Rocknest. Di wilayah itu, Curiosity menganalisis tanah Mars. Diketahui kemudian, tanah Mars memiliki komposisi mineral mirip dengan tanah di Hawaii.


Citra hasil analisis sampel tanah Mars oleh instrumen CheMin robot Curiosity. Analisis menunjukkan, tanah mars memiliki kristal dengan kandungan feldspar, pyroxene dan olivine serta kandungan non kristal. Warna dalam gambar menunjukkan intensitas sinar X, dengan warna merah sebagai yang paling intens. | NASA



Bukti Adanya Air di Mars

Curiosity mengungkap adanya kerikil Mars yang berbentuk melingkar. Ilmuwan yang terlibat proyek Curiosity mengatakan, kerikil tersebut merupakan bukti terkuat adanya air di Mars.


Jejak Aliran Air di Mars yang diambil dengan lensa kamera Mastcam milik Curiosity pada 14 September 2012 dan dirilis oleh NASA pada 27 September 2012. | NASA



Mineral Mars

Analisis pada batu "John Klein" mengungkap bahwa Mars memiliki mineral yang terbentuk dengan keberadaan air. Batu tersebut mengandung mineral tanah liat dan sulfat. Diduga, Mars juga pernah punya sumber air minum.

Riset lain yang dilakukan oleh wahana antariksa Opportunity juga mengungkap bahwa Mars punya air yang bisa diminum. Opportunity dalam observasi di Kawah Endeavour menemukan adanya tanda bahwa Mars punya air dengan pH netral.


Serbuk batu John Klein, bukti keberhasilan pengeboran wahana antariksa Curiosity di Mars. | NASA



Kawah Endeavour | Wikipedia



Atmosfer Planet Mars

Curiosity mengungkap bahwa dahulu Mars pernah memiliki atmosfer tebal. Namun, karena tak mampu mempertahankan gasnya dari radiasi Matahari, atmosfer planet merah itu perlahan menipis. Hal ini kemudian berpengaruh pada kemampuan Mars mendukung kehidupan.



Sisi Bahaya Mars

Mars memang terkonfirmasi punya air. Namun, Mars juga punya senyawa beracun seperti sulfat yang bila terhirup akan sangat berbahaya, serta perklorat. Belum lagi, radiasi Matahari di Mars yang sangat berisiko bagi manusia.



Fenomena Astronomi

Di samping mengungkap fakta baru, Curiosity juga mengungkap fenomena astronomi menarik di Mars. Misalnya, Curiosity menangkap citra gerhana yang muncul karena Phobos menghalangi Matahari.


Gerhana Matahari oleh Phobos seperti diambil robot Curiosity pada Kamis (13/9/2012). | NASA



Phobos | Wikipedia





Sumber :
Yunanto Wiji Utomo / kompas.com
Continue Reading→

Senin, 12 Agustus 2013

Nah baru-baru ini tepatnya tanggal 19 Juli 2013 lalu wahana Cassini milik NASA yang mengorbit di sekitar planet Saturnus berhasil mengambil foto Bumi. Cassini mengambil foto Bumi dari jarak 898 juta mil (1,44 miliar kilometer) dari planet Bumi tempat kita tinggal ini.


Dalam foto yang diambil Cassini tersebut, tampak sebagian dari planet Saturnus dan cincinnya. Dari kejauhan tampak planet Bumi yang hanya seperti sebuah titik bercahaya dalam kegelapan. Bumi tampak berwarna Biru pucat. Dan ternyata tidak hanya Bumi, Bulan sebagai satelit alami Bumi pun tampak pada foto itu. Bulan terlihat berwarna putih. Foto ini sendiri adalah hasil penggabungan dari 323 foto.

"Foto yang diambil Cassini itu mengingatkan kepada kita betapa kecilnya planet rumah kita ini dalam luasnya alam semesta," ungkap ilmuwan NASA, Linda Spilker.

Cassini mengambil foto Bumi saat Matahari sedang berada di belakang dari planet Saturnus. Sebab jika saatnya tidak tepat, cahaya Matahari bisa merusak detektor sensitif yang terdapat pada kamera Cassini dan itu hampir sama dengan cahaya Matahari dapat merusak retina mata manusia jika memandangnya secara langsung.

Sebelum foto ini, foto Bumi yang lain juga berhasil diambil oleh wahana MESSENGER pada jarak 61 juta mil (98 juta kilometer) dari Bumi.


Sumber :
SD, Adi Saputro / www.astronomi.us

Pingin Tahu Seperti Apa Planet Kita Kalau Dilihat dari Saturnus?

Anton chang   at  21.26  No comments

Nah baru-baru ini tepatnya tanggal 19 Juli 2013 lalu wahana Cassini milik NASA yang mengorbit di sekitar planet Saturnus berhasil mengambil foto Bumi. Cassini mengambil foto Bumi dari jarak 898 juta mil (1,44 miliar kilometer) dari planet Bumi tempat kita tinggal ini.


Dalam foto yang diambil Cassini tersebut, tampak sebagian dari planet Saturnus dan cincinnya. Dari kejauhan tampak planet Bumi yang hanya seperti sebuah titik bercahaya dalam kegelapan. Bumi tampak berwarna Biru pucat. Dan ternyata tidak hanya Bumi, Bulan sebagai satelit alami Bumi pun tampak pada foto itu. Bulan terlihat berwarna putih. Foto ini sendiri adalah hasil penggabungan dari 323 foto.

"Foto yang diambil Cassini itu mengingatkan kepada kita betapa kecilnya planet rumah kita ini dalam luasnya alam semesta," ungkap ilmuwan NASA, Linda Spilker.

Cassini mengambil foto Bumi saat Matahari sedang berada di belakang dari planet Saturnus. Sebab jika saatnya tidak tepat, cahaya Matahari bisa merusak detektor sensitif yang terdapat pada kamera Cassini dan itu hampir sama dengan cahaya Matahari dapat merusak retina mata manusia jika memandangnya secara langsung.

Sebelum foto ini, foto Bumi yang lain juga berhasil diambil oleh wahana MESSENGER pada jarak 61 juta mil (98 juta kilometer) dari Bumi.


Sumber :
SD, Adi Saputro / www.astronomi.us
Continue Reading→

Jumat, 14 Juni 2013

Beberapa tahun yang lalu, para ilmuwan disinyalis telah menemukan planet yang mirip dengan bumi dan diperkirakan dapat dihuni oleh manusia, yaitu Gliese 581. Berikut rangkuman lima fakta tentang Gliese 581:


1. Gliese 581 c

Gliese 581 merupakan nama dari sistem tata surya yang terletak di area rasi bintang Libra. Gliese 581 merupakan bintang ke 581 dalam urutan katalog Gliese, yang diterbitkan pada tahun 1969 dan kemudian diperbaharui oleh Gliese dan Jahreiss pada tahun 1991.

Dalam area Gliese 581, terdapat planet Gliese 581 c yang juga disebut HO Librae c, Wolf 562 c, atau HIP 74995 c. Planet Gliese 581 c ini mengorbit pada Gliese 581, dan diperkirakan planet ini layak dihuni oleh manusia, serta diperkirakan juga terdapat air di permukaan planetnya.

 
2. Keadaan Gliese 581 c

Menurut para ahli, diperkirakan temperatur planet  Gliese 581 c ini berkisar 00 � 400C yang diperkirakan dapat dihuni oleh manusia. Massa planet ini sekitar 5 kali massa Bumi, walaupun planet ini merupakan planet terkecil di wilayah Gliese 581.

Para ahli menyatakan bahwa areal permukaan planet ini bertekstur bebatuan dan memiliki gravitasi dua kali lebih kuat daripada gravitasi bumi. Sistem tata surya Gliese 581 diperkirakan telah berusia 4,3 miliar tahun.

 
3. Tanda-Tanda Kehidupan

Para ahli menyatakan belum bisa mengetahui apakah planet Gliese 581 c ini telah berpenghuni atau tidak. Para ahli masih melakukan penelitian tentang tanda-tanda kehidupan di planet tersebut.

Para ahli sangat ingin mengirimkan satelit penelitian menuju area Gliese 581, namun menurut Dimitar Sasselov dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics menyatakan bahwa perlu 20 tahun cahaya untuk mencapai area Gliese 581 tersebut.


4. Orbit Gliese 581 c

Gliese 581 c diperkirakan berada pada zona layak huni karena diprediksi terdapat air dalam bentuk cair. Jarak Gliese 581 c terhadap bintang utamanya (pusat tata surya) hanya berjarak 11 juta Km, dan bumi berjarak 150 Km terhadap Matahari.

Hal tersebut menjadikan periode orbit Gliese 581 c hanya selama 13 hari di Bumi atau dapat diartikan; satu tahun di Gliese 581 c sama dengan 13 hari di Bumi.

 
5. Gliese 581
Planet Gliese 581 c ini ditemukan oleh tim Stephan Udry dari Observatorium Jenewa, Swiss dengan menggunakan HARPS yang dipasang pada teleskop 3,6 meter di European Southern Observatory, La Silla, Cile.

Pusat tata surya Gliese 581 ini berukuran lebih kecil, lebih dingin, dan pancaran cahanya tidak sehebat Matahari. Dalam sistem tata surya Gliese 581 ini terdapat tiga planet yang mengelilinginya, yaitu planet Gliese 581 c yang mirip dengan bumi, planet kedua yang besarnya 15 kali berat bumi dan planet ketiga yang beratnya delapan kali berat bumi.







Sumber:
republika

Mungkinkah Gliese Jadi Pengganti Bumi?

Anton chang   at  23.20  No comments

Beberapa tahun yang lalu, para ilmuwan disinyalis telah menemukan planet yang mirip dengan bumi dan diperkirakan dapat dihuni oleh manusia, yaitu Gliese 581. Berikut rangkuman lima fakta tentang Gliese 581:


1. Gliese 581 c

Gliese 581 merupakan nama dari sistem tata surya yang terletak di area rasi bintang Libra. Gliese 581 merupakan bintang ke 581 dalam urutan katalog Gliese, yang diterbitkan pada tahun 1969 dan kemudian diperbaharui oleh Gliese dan Jahreiss pada tahun 1991.

Dalam area Gliese 581, terdapat planet Gliese 581 c yang juga disebut HO Librae c, Wolf 562 c, atau HIP 74995 c. Planet Gliese 581 c ini mengorbit pada Gliese 581, dan diperkirakan planet ini layak dihuni oleh manusia, serta diperkirakan juga terdapat air di permukaan planetnya.

 
2. Keadaan Gliese 581 c

Menurut para ahli, diperkirakan temperatur planet  Gliese 581 c ini berkisar 00 � 400C yang diperkirakan dapat dihuni oleh manusia. Massa planet ini sekitar 5 kali massa Bumi, walaupun planet ini merupakan planet terkecil di wilayah Gliese 581.

Para ahli menyatakan bahwa areal permukaan planet ini bertekstur bebatuan dan memiliki gravitasi dua kali lebih kuat daripada gravitasi bumi. Sistem tata surya Gliese 581 diperkirakan telah berusia 4,3 miliar tahun.

 
3. Tanda-Tanda Kehidupan

Para ahli menyatakan belum bisa mengetahui apakah planet Gliese 581 c ini telah berpenghuni atau tidak. Para ahli masih melakukan penelitian tentang tanda-tanda kehidupan di planet tersebut.

Para ahli sangat ingin mengirimkan satelit penelitian menuju area Gliese 581, namun menurut Dimitar Sasselov dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics menyatakan bahwa perlu 20 tahun cahaya untuk mencapai area Gliese 581 tersebut.


4. Orbit Gliese 581 c

Gliese 581 c diperkirakan berada pada zona layak huni karena diprediksi terdapat air dalam bentuk cair. Jarak Gliese 581 c terhadap bintang utamanya (pusat tata surya) hanya berjarak 11 juta Km, dan bumi berjarak 150 Km terhadap Matahari.

Hal tersebut menjadikan periode orbit Gliese 581 c hanya selama 13 hari di Bumi atau dapat diartikan; satu tahun di Gliese 581 c sama dengan 13 hari di Bumi.

 
5. Gliese 581
Planet Gliese 581 c ini ditemukan oleh tim Stephan Udry dari Observatorium Jenewa, Swiss dengan menggunakan HARPS yang dipasang pada teleskop 3,6 meter di European Southern Observatory, La Silla, Cile.

Pusat tata surya Gliese 581 ini berukuran lebih kecil, lebih dingin, dan pancaran cahanya tidak sehebat Matahari. Dalam sistem tata surya Gliese 581 ini terdapat tiga planet yang mengelilinginya, yaitu planet Gliese 581 c yang mirip dengan bumi, planet kedua yang besarnya 15 kali berat bumi dan planet ketiga yang beratnya delapan kali berat bumi.







Sumber:
republika
Continue Reading→

Selasa, 11 Juni 2013

Selama ini, portal yang menghubungkan ruang dan waktu antara bumi dan sebuah alam lain hanya dijumpai pada film-film fiksi ilmiah. Bisa jadi, hal yang seolah hanya khayalan tersebut akhirnya jadi kenyataan. Kabarnya, NASA telah menemukan banyak portal  antara bumi dan matahari.

Pengamatan oleh pesawat ruang angkasa NASA THEMIS menunjukkan bahwa portal magnetis tersebut terbuka puluhan kali setiap hari. Mereka biasanya terletak beberapa puluh ribu kilometer dari Bumi.  

Ilustrasi  portal imajinasi
 
Sebagian besar portal kecil dan berumur pendek, yang lain menguap, luas, dan berkelanjutan. Ton partikel energik dapat mengalir melalui bukaan, pemanasan atmosfer atas bumi, memicu badai geomagnetik, dan memicu polar aurora.

"Kami menyebutnya X-poin atau wilayah difusi elektron," jelas fisikawan Jack Scudder dari University of Iowa. "Mereka menjadi tempat bagi medan magnet bumi terhubung ke medan magnet Matahari, menciptakan jalur dari planet kita sendiri untuk atmosfer matahari 93 juta mil jauhnya."

Guna menindaklanjuti hasil penelitian Scudder dan rekan, NASA merencanakan misi yang disebut "MMS" - Magnetospheric Multiscale Mission, yang akan diluncurkan pada tahun 2014 untuk mempelajari fenomena portal.  Empat pesawat ruang angkasa dari MMS akan disebar di magnetosfer bumi, mencari dan mengamati cara kerja portal-portal tersebut.

Masalah yang harus dihadapi adalah, portal  magnetik tidak terlihat, tidak stabil, dan sulit dipahami. Mereka membuka dan menutup tanpa peringatan "dan tidak ada rambu-rambu untuk membimbing kita kedalam," catatan Scudder.

Wuih, penjelajahan ke dunia masa depan siap dimulai!

Sumber:
nasa.

Wah, NASA Menemukan Banyak Portal Ruang Waktu

Anton chang   at  03.11  No comments

Selama ini, portal yang menghubungkan ruang dan waktu antara bumi dan sebuah alam lain hanya dijumpai pada film-film fiksi ilmiah. Bisa jadi, hal yang seolah hanya khayalan tersebut akhirnya jadi kenyataan. Kabarnya, NASA telah menemukan banyak portal  antara bumi dan matahari.

Pengamatan oleh pesawat ruang angkasa NASA THEMIS menunjukkan bahwa portal magnetis tersebut terbuka puluhan kali setiap hari. Mereka biasanya terletak beberapa puluh ribu kilometer dari Bumi.  

Ilustrasi  portal imajinasi
 
Sebagian besar portal kecil dan berumur pendek, yang lain menguap, luas, dan berkelanjutan. Ton partikel energik dapat mengalir melalui bukaan, pemanasan atmosfer atas bumi, memicu badai geomagnetik, dan memicu polar aurora.

"Kami menyebutnya X-poin atau wilayah difusi elektron," jelas fisikawan Jack Scudder dari University of Iowa. "Mereka menjadi tempat bagi medan magnet bumi terhubung ke medan magnet Matahari, menciptakan jalur dari planet kita sendiri untuk atmosfer matahari 93 juta mil jauhnya."

Guna menindaklanjuti hasil penelitian Scudder dan rekan, NASA merencanakan misi yang disebut "MMS" - Magnetospheric Multiscale Mission, yang akan diluncurkan pada tahun 2014 untuk mempelajari fenomena portal.  Empat pesawat ruang angkasa dari MMS akan disebar di magnetosfer bumi, mencari dan mengamati cara kerja portal-portal tersebut.

Masalah yang harus dihadapi adalah, portal  magnetik tidak terlihat, tidak stabil, dan sulit dipahami. Mereka membuka dan menutup tanpa peringatan "dan tidak ada rambu-rambu untuk membimbing kita kedalam," catatan Scudder.

Wuih, penjelajahan ke dunia masa depan siap dimulai!

Sumber:
nasa.
Continue Reading→

Kamis, 30 Mei 2013

Foto-foto objek ruang angkasa biasanya tampak indah dan mengagumkan. Yang paling menarik adalah adalah foto-foto itu memperlihatkan kepada kita hal-hal yang tak terlihat oleh mata manusia.

Foto yang satu ini juga demikian. Di tengah-tengah foto ini terdapat monster tak kasatmata bernama lubang hitam supermasif. Ahli petak-umpet ini lebih sulit lagi untuk diselidiki karena bersembunyi di balik awan debu yang tebal di tengah-tengah galaksi tempat tinggalnya.

Bahkan bola cahaya yang kalian lihat ini adalah jejak-jejak cahaya yang tidak bisa dilihat oleh mata kita begitu saja. Warna pink menunjukkan cahaya radio, sedangkan sinar-X diperlihatkan dalam warna biru.

Siapa sangka ada monster tak kasatmata di tengah foto ini: si lubang hitam! Dan dia menyebabkan terjadinya semburan dahsyat! (Kredit: Sinar-X: NASA/CXC/SAO/A.Siemiginowska dkk; Optik: NASA/STScI; Radio: NSF/NRAO/VLA)

Lubang hitam bukanlah ruang kosong. Jangan terkecoh dengan namanya, ya. Lubang hitam adalah materi yang banyaaaaak sekali tapi menempati ruang yang sangaaaaaaaaat kecil.

Massanya sekitar 100 juta kali massa Matahari! Apapun yang lewat terlalu dekat dengan si lubang hitam bakal terhisap dan tidak bisa meloloskan diri, bahkan termasuk cahaya.

Itu sebabnya kenapa kita tidak bisa melihat lubang hitam, bahkan teleskop yang bisa mendeteksi sinar-X, gelombang radio, dan jenis cahaya lainnya pun tidak bisa.

Satu-satunya cara supaya kita bisa mengetahui dimana lubang hitam adalah dengan mendeteksi efek yang ditimbulkannya pada objek-objek lainnya.

Misalnya, bagian berwarna biru sepanjang tepi galaksi di foto ini menunjukkan dimana semburan energi-tinggi telah menembus gumpalan debu galaksi.

Semburan itu berasal dari partikel-partikel yang menjadi panas ketika tertarik menuju lubang hitam. Karenanya partikel-partikel tersebut mendapatkan energi untuk kabur dari lubang hitam dengan kecepatan jutaan kilometer per jam! Tampak dua jet pink yang menyembur ke arah utara dan selatan galaksi.

Lubang hitam bukan satu-satunya objek di alam semesta yang tidak bisa kita lihat. Para astronom masih belum bisa memecahkan misteri "Energi gelap" dan "materi gelap" yang mengisi 97% alam semesta kita ini. Kurang dari 5% alam semesta kita diisi materi "normal".

Sumber :
langitselatan.com

Wow, Itu Dia Si Monster Tak Kasatmata

Anton chang   at  20.24  No comments

Foto-foto objek ruang angkasa biasanya tampak indah dan mengagumkan. Yang paling menarik adalah adalah foto-foto itu memperlihatkan kepada kita hal-hal yang tak terlihat oleh mata manusia.

Foto yang satu ini juga demikian. Di tengah-tengah foto ini terdapat monster tak kasatmata bernama lubang hitam supermasif. Ahli petak-umpet ini lebih sulit lagi untuk diselidiki karena bersembunyi di balik awan debu yang tebal di tengah-tengah galaksi tempat tinggalnya.

Bahkan bola cahaya yang kalian lihat ini adalah jejak-jejak cahaya yang tidak bisa dilihat oleh mata kita begitu saja. Warna pink menunjukkan cahaya radio, sedangkan sinar-X diperlihatkan dalam warna biru.

Siapa sangka ada monster tak kasatmata di tengah foto ini: si lubang hitam! Dan dia menyebabkan terjadinya semburan dahsyat! (Kredit: Sinar-X: NASA/CXC/SAO/A.Siemiginowska dkk; Optik: NASA/STScI; Radio: NSF/NRAO/VLA)

Lubang hitam bukanlah ruang kosong. Jangan terkecoh dengan namanya, ya. Lubang hitam adalah materi yang banyaaaaak sekali tapi menempati ruang yang sangaaaaaaaaat kecil.

Massanya sekitar 100 juta kali massa Matahari! Apapun yang lewat terlalu dekat dengan si lubang hitam bakal terhisap dan tidak bisa meloloskan diri, bahkan termasuk cahaya.

Itu sebabnya kenapa kita tidak bisa melihat lubang hitam, bahkan teleskop yang bisa mendeteksi sinar-X, gelombang radio, dan jenis cahaya lainnya pun tidak bisa.

Satu-satunya cara supaya kita bisa mengetahui dimana lubang hitam adalah dengan mendeteksi efek yang ditimbulkannya pada objek-objek lainnya.

Misalnya, bagian berwarna biru sepanjang tepi galaksi di foto ini menunjukkan dimana semburan energi-tinggi telah menembus gumpalan debu galaksi.

Semburan itu berasal dari partikel-partikel yang menjadi panas ketika tertarik menuju lubang hitam. Karenanya partikel-partikel tersebut mendapatkan energi untuk kabur dari lubang hitam dengan kecepatan jutaan kilometer per jam! Tampak dua jet pink yang menyembur ke arah utara dan selatan galaksi.

Lubang hitam bukan satu-satunya objek di alam semesta yang tidak bisa kita lihat. Para astronom masih belum bisa memecahkan misteri "Energi gelap" dan "materi gelap" yang mengisi 97% alam semesta kita ini. Kurang dari 5% alam semesta kita diisi materi "normal".

Sumber :
langitselatan.com
Continue Reading→

Minggu, 05 Mei 2013

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan gerhana matahari cincin (GMC) akan terjadi pada 9-10 Mei 2013.

Berdasarkan situs resmi BMKG yang dilansir di Jakarta, Jumat, menyebutkan gerhana matahari cincin tersebut dapat diamati dari Samudra Pasifik, Australia, Singapura, Indonesia kecuali Sumatera bagian Utara dan Filipina bagian Selatan.
 

Di Australia dan Pasifik akan mengalami gerhana matahari cincin. Sementara di Indonesia kecuali Sumatera bagian Utara, akan berupa gerhana matahari sebagian (GMS) pada 10 Mei 2013 yang dapat disaksikan pada pagi hari.

Fase GMC, di mana gerhana mulai pada 21 25.1 UT, gerhana cincin mulai di 23 32.6 UT, dan puncaknya pada 00 19.6 UT, gerhana cincin berakhir 02 17.8 UT serta gerhana berakhir pada 03 25.3 UT.

Namun, waktu untuk setiap fase di setiap lokasi bisa berbeda dengan waktu-waktu tersebut, karena tergantung pada posisi lokasi pengamat di permukaan bumi dan posisi bulan dan matahari nisbi terhadap posisi pengamat.

Gerhana mulai dapat terlihat di Kupang, Manado, Ternate, Ambon, Sorong, Manokwari, Merauke dan Jayapura. Selain Kupang dan Manado, masyarakat di enam daerah lainnya beruntung bisa menyaksikan puncak gerhana hingga gerhana berakhir.

Sementara puncak gerhana juga bisa dilihat masyarakat di Surabaya, Pontianak, Palangka Raya, Banjarmasin, Samarinda, Denpasar, Mataram, Kupang, Manado, Kendari, Palu, Makassar.

Sedangkan gerhana berakhir bisa dilihat dari Padang, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Pontianak, Palangka Raya, Banjarmasin, Samarinda, Denpasar, Mataram, Kupang, Manado, Kendari, Palu, Makassar.

Gerhana matahari adalah fenomena alam di mana terhalanginya cahaya matahari oleh bulan, sehingga tidak semuanya sampai ke bumi.

Peristiwa tersebut terjadi akibat dinamisnya pergerakan posisi matahari, bumi dan bulan dan hanya terjadi pada saat fase bulan baru dan dapat diprediksi sebelumnya.



 




Sumber:
yahoo

Siap-siap, Gerhana Matahari Cincin Bakal Muncul

Anton chang   at  00.59  No comments

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan gerhana matahari cincin (GMC) akan terjadi pada 9-10 Mei 2013.

Berdasarkan situs resmi BMKG yang dilansir di Jakarta, Jumat, menyebutkan gerhana matahari cincin tersebut dapat diamati dari Samudra Pasifik, Australia, Singapura, Indonesia kecuali Sumatera bagian Utara dan Filipina bagian Selatan.
 

Di Australia dan Pasifik akan mengalami gerhana matahari cincin. Sementara di Indonesia kecuali Sumatera bagian Utara, akan berupa gerhana matahari sebagian (GMS) pada 10 Mei 2013 yang dapat disaksikan pada pagi hari.

Fase GMC, di mana gerhana mulai pada 21 25.1 UT, gerhana cincin mulai di 23 32.6 UT, dan puncaknya pada 00 19.6 UT, gerhana cincin berakhir 02 17.8 UT serta gerhana berakhir pada 03 25.3 UT.

Namun, waktu untuk setiap fase di setiap lokasi bisa berbeda dengan waktu-waktu tersebut, karena tergantung pada posisi lokasi pengamat di permukaan bumi dan posisi bulan dan matahari nisbi terhadap posisi pengamat.

Gerhana mulai dapat terlihat di Kupang, Manado, Ternate, Ambon, Sorong, Manokwari, Merauke dan Jayapura. Selain Kupang dan Manado, masyarakat di enam daerah lainnya beruntung bisa menyaksikan puncak gerhana hingga gerhana berakhir.

Sementara puncak gerhana juga bisa dilihat masyarakat di Surabaya, Pontianak, Palangka Raya, Banjarmasin, Samarinda, Denpasar, Mataram, Kupang, Manado, Kendari, Palu, Makassar.

Sedangkan gerhana berakhir bisa dilihat dari Padang, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Pontianak, Palangka Raya, Banjarmasin, Samarinda, Denpasar, Mataram, Kupang, Manado, Kendari, Palu, Makassar.

Gerhana matahari adalah fenomena alam di mana terhalanginya cahaya matahari oleh bulan, sehingga tidak semuanya sampai ke bumi.

Peristiwa tersebut terjadi akibat dinamisnya pergerakan posisi matahari, bumi dan bulan dan hanya terjadi pada saat fase bulan baru dan dapat diprediksi sebelumnya.



 




Sumber:
yahoo
Continue Reading→

Discussion

.